Rabu, 31 Desember 2008

RATU BOKEP-DEWASA-MESUM-SEKS
Hentai Movies Review, Kumpulan Cerita Dewasa, Cerita Bokep, Cerita Mesum, Dan Cerita Seks
Home
Keraku No Oh
Kisah Kami - About Us

Tante Pang
May 26, 2008

Kisah ini berawal di kota kelahiranku . Kami bertetangga dengan sebuah keluarga Cina. Kami pindah kerumah itu ketika aku berusia enam tahun. Ayahku adalah pegawai negri sipil biasa dan oom Pang adalah juga PNS tetapi punya kedudukan yang tinggi. Oom Pang ini orang Cina peranakan Manado sedangkan tante Pang atau yang biasa dipanggil tante Soen adalah orang Cina peranakan Ternate.

Aku satu umur dengan anak gadisnya yang nomor empat dan kami satu sekolah. Dengan demikian kami tumbuh bersama menjelang masa remaja, hanya setamat SMP aku ke STM sedangkan Angela ke SMA. Aku suka main dirumahnya Angela. Tapi sejak aku di bangku kelas tiga SMP aku mulai tertarik kalau melihat tante Pang ini. Orangnya tinggi besar, wajahnya sebenarnya cukup cantik, hidungnya mancung dan bibir bibir yang sexy. Betis betis kakinya yang besar dan panjang itu juga berbentuk indah. Tetapi selama hidupku aku tak pernah melihat tante ini berhias diri. Ke Gerejapun tante hanya berdandan biasa saja tanpa make up yang berlebihan. Read the rest of this entry »

2 Comments | Tante Pang | Tagged: tante girang | Permalink
Posted by Admin
Tante Netty yang Sexy
May 25, 2008

Hai, namaku Priambudhy Saktiaji, teman-teman memanggilku Budhy. Aku tinggal di Bogor, sebelah selatan Jakarta. Tinggiku sekitar 167 cm, bentuk wajahku tidak mengecewakan, imut-imut kalau teman-teman perempuanku bilang.

Langsung saja aku mulai dengan pengalaman pertamaku ‘make love’ (ML) atau bercinta dengan seorang wanita. Kejadiannya waktu aku masih kelas dua SMA (sekarang SMU). Saat itu sedang musim ujian, sehingga kami di awasi oleh guru-guru dari kelas yang lain. Kebetulan yang mendapat bagian mengawasi kelas tempatku ujian adalah seorang guru yang bernama Ibu Netty, umurnya masih cukup muda, sekitar 25 tahunan. Tinggi badannya sekitar 155 cm. Kulitnya putih bersih, hidungnya mancung, bentuk wajahnya oval dengan rambut lurus yang di potong pendek sebatas leher, sehingga memperlihatkan lehernya yang jenjang.

Yang membuatku sangat tertarik adalah tonjolan dua bukit payudaranya yang cukup besar, bokongnya yang sexy dan bergoyang pada saat dia berjalan. Aku seringmencuri pandang padanya dengan tatapan mata yang tajam, ke arah meja yang didudukinya. Kadang, entah sengaja atau tidak, dia balas menatapku sambil tersenyum kecil. Hal itu membuatku berdebar-debar tidak menentu.

Bahkan pada kesempatan lain, sambil menatapku dan memasang senyumnya, dia dengan sengaja menyilangkan kakinya, sehingga menampakkan paha dan betisnya yang mulus. Di waktu yang lain dia bahkan sengaja menarik roknya yang sudah pendek (di atas lutut, dengan belahan disamping), sambil memandangi wajahku, sehingga aku bisa melihat lebih dalam, ke arah selangkangannya. Terlihat gundukan kecil di tengah, dia memakai celana dalam berbahan katun berwarna putih.

Aku agak terkejut dan sedikit melotot dengan ’show’ yang sedang dilakukannya. Aku memandang sekelilingku, memastikan apa ada teman-temanku yang lain yang juga melihat pada pertunjukan kecil tersebut. Ternyata mereka semua sedang sibuk mengerjakan soal-soal ujian dengan serius.

Aku kembali memandang ke arah Ibu Netty, dia masih memandangku sambil tersenyum nakal. Aku membalas senyumannya sambil mengacungkan jempolku, kemudian aku teruskan mengerjakan soal-soal ujian di mejaku. Tentu saja dengan sekali-kali melihat ke arah meja Ibu Netty yang masih setia menyilangkan kakinya dan menurunkannya kembali, sedemikian rupa, sehingga memperlihatkan dengan jelas selangkangannya yang indah.

Sekitar 30 menit sebelum waktu ujian berakhir, aku bangkit dan berjalan ke depan untuk menyerahkan kertas-kertas ujianku kepada Ibu Netty.

“Sudah selasai?” katanya sambil tersenyum.

“Sudah, bu….” jawabku sambil membalas senyumnya.

“Kamu suka dengan yang kamu lihat tadi?” dia bertanya mengagetkanku.

Aku menganggukkan kepalaku, kami melakukan semua pembicaraan dengan berbisik-bisik.

“Apa saya boleh melihatnya lagi nanti?” kataku memberanikan diri, masih dengan berbisik.

“Kita ketemu nanti di depan sekolah, setelah ujian hari ini selesai, ok?” katanya sambil tersenyum simpul.

Senyum yang menggetarkan hatiku dan membuat tubuhku jadi panas dingin. Siang itu di depan gerbang sekolah, sambil menenteng tasnya, bu Netty mendekati tempatku berdiri dan berkata,

“Bud, kamu ikuti saya dari belakang”

Aku mengikutinya, sambil menikmati goyangan pinggul dan pantatnya yang aduhai. Ketika kami sudah jauh dari lingkungan sekolah dan sudah tidak terlihat lagi anak-anak sekolah di sekitar kami, dia berhenti, menungguku sampai di sampingnya. Kami berjalan beriringan.

“Kamu benar-benar ingin melihat lagi?” tanyanya memecah kesunyian.

“Lihat apa bu?” jawabku berpura-pura lupa, pada permintaanku sendiri sewaktu di kelas tadi pagi.

“Ah, kamu, suka pura-pura…” Katanya sambil mencubit pinggangku pelan.

Aku tidak berusaha menghindari cubitannya, malah aku pegang telapak tangannya yang halus dan meremasnya dengan gemas. bu Netty balas meremas tanganku, sambil memandangiku lekat-lekat.

Akhirnya kami sampai pada satu rumah kecil, agak jauh dari rumah-rumah lain. Sepertinya rumah kontrakan, karena tidak terlihat tambahan ornamen bangunan pada rumah tersebut. Bu Netty membuka tasnya, mengeluarkan kunci dan membuka pintu.

“Bud, masuklah. Lepas sepatumu di dalam, tutup dan kunci kembali pintunya!” Perintahnya cepat.

Aku turuti permintaannya tanpa banyak bertanya. Begitu sampai di dalam rumah, bu Netty menaruh tasnya di sebuah meja, masuk ke kamar tanpa menutup pintunya. Aku hanya melihat, ketika dengan santainya dia melepaskan kancing bajunya, sehingga memperlihatkan BH-nya yang juga terbuat dari bahan katun berwarna putih, buah dadanya yang putih dan agak besar seperti tidak tertampung dan mencuat keluar dari BH tersebut, membuatnya semakin sexy, kemudian dia memanggilku.

“Bud, tolong dong, lepasin pengaitnya…” katanya sambil membelakangiku.

Aku buka pengait tali BH-nya, dengan wajah panas dan hati berdebar-debar. Setelah BH-nya terlepas, dia membuka lemari, mengambil sebuah kaos T-shirt berwarna putih, kemudian memakainya, masih dengan posisi membelakangiku. T-shirt tersebut terlihat sangat ketat membungkus tubuhnya yang wangi. Kemudian dia kembali meminta tolong padaku, kali ini dia minta dibukakan risleting roknya!

Aku kembali dibuatnya berdebar-debar dan yang paling parah, aku mulai merasa selangkanganku basah. Kemaluanku berontak di dalam celana dalam yang rangkap dengan celana panjang SMA ku. Ketika dia membelakangiku, dengan cepat aku memperbaiki posisi kemaluanku dari luar celana agar tidak terjepit. Kemudian aku buka risleting rok ketatnya.

Dengan perlahan dia menurunkan roknya, sehingga posisinya menungging di depanku. Aku memandangi pantatnya yang sexy dan sekarang tidak terbungkus rok, hanya mengenakan celana dalam putihnya, tanganku meraba pantat bu Netty dan sedikit meremasnya, gemas.

“Udah nggak sabar ya, Bud?” Kata bu Netty.

“Maaf, bu, habis bokong ibu sexy banget, jadi gemes saya….”

“Kalo di sini jangan panggil saya ‘bu’ lagi, panggil ‘teteh’ aja ya?”

“Iya bu, eh, teh Netty”

Konsentrasiku buyar melihat pemandangan di hadapanku saat ini, bu Netty dengan kaos T-shirt yang ketat, tanpa BH, sehingga puting susunya mencuat dari balik kaos putihnya, pusarnya yang sexy tidak tertutup, karena ukuran kaos T-shirt-nya yang pendek, celana dalam yang tadi pagi aku lihat dari jauh sekarang aku bisa lihat dengan jelas, gundukan di selangkangannya membuatku menelan ludah, pahanya yang putih mulus dan ramping membuat semuanya serasa dalam mimpi.

“Gimana Bud, suka nggak kamu?” Katanya sambil berkcak pinggang dan meliuk-liukkan pinggulnya.

“Kok kamu jadi bengong, Bud?” Lanjutnya sambil menghampiriku.

Aku terdiam terpaku memandanginya ketika dia memeluk leherku dan mencium bibirku, pada awalnya aku kaget dan tidak bereaksi, tapi tidak lama. Kemudian aku balas ciuman-ciumannya, dia melumat bibirku dengan rakusnya, aku balas lumatannya.

“Mmmmmmmmmhhhhhhhhhhh….” Gumamnya ditengah ciuman-ciuman kami.

Tidak lama kemudian tangan kanannya mengambil tangan kiriku dan menuntun tanganku ke arah payudaranya, aku dengan cepat menanggapi apa maunya, kuremas-remas dengan lembut payudaranya dan kupilin-pilin putingnya yang mulai mengeras.

“Mmmmhhhh….mmmmmhhhhh” Kali ini dia merintih nikmat.

Aku usap-usap punggungnya, turun ke pinggangngya yang tidak tertutup oleh kaos T-shirtnya, aku lanjutkan mengusap dan meremas-remas pantatnya yang padat dan sexy, lalu kulanjutkan dengan menyelipkan jari tengahku ke belahan pantatnya, kugesek-gesek kearah dalam sehingga aku bisa menyentuh bibir vaginanya dari luar celana dalam yang dipakainya. Ternyata celana dalamnya sudah sangat basah.

Sementara ciuman kami, berubah menjadi saling kulum lidah masing-masing bergantian, kadang-kadang tangannya menjambaki rambutku dengan gemas, tangannya yang lain melepas kancing baju sekolahku satu per satu. Aku melepas pagutanku pada bibirnya dan membantunya melepas bajuku, kemudian kaos dalam ku, ikat pinggangku, aku perosotkan celana panjang abu-abuku dan celana dalam putihku sekaligus.

Bu Netty pun melakukan hal yang sama, dengan sedikit terburu-buru melepas kaos T-shirtnya yang baru dia pakai beberapa saat yang lalu, dia perosotkan celana dalam putihnya, sehingga sekarang dia sudah telanjang bulat. Tubuhnya yang putih mulus dan sexy sangat menggiurkan.

Hampir bersamaan kami selesai menelanjangi tubuh kami masing-masing, ketika aku menegakkan tubuh kembali, kami berdua sama-sama terpaku sejenak. Aku terpaku melihat tubuh polosnya tanpa sehelai benangpun. Aku sudah sering melihat tubuh telanjang, tetapi secara langsung dan berhadap-hapan baru kali itu aku mengalaminya.

Payudaranya yang sudah mengeras tampak kencang, ukurannya melebihi telapak tanganku, sejak tadi aku berusaha meremas seluruh bulatan itu, tapi tidak pernah berhasil, karena ukurannya yang cukup besar. Perutnya rata tidak tampak ada bagian yang berlemak sedikitpun. Pinggangnya ramping dan membulat sangat sexy. Selangkangannya di tumbuhi bulu-bulu yang sengaja tidak dicukur, hanya tumbuh sedikit di atas kemaluannya yang mengkilap karena basah.

Tubuh telanjang yang pernah aku lihat paling-paling dari gambar-gambar porno, blue film atau paling nyata tubuh ABG tetanggaku yang aku intip kamarnya, sehingga tidak begitu jelas dan kulakukan cepat-cepat karena takut ketahuan. Kebiasaan mengintipku tidak berlangsung lama karena pada dasarnya aku tidak suka mengintip.

Sementara bu Netty memandang lekat kemaluanku yang sudah tegang dan mengeras, pangkalnya di tumbuhi bulu-bulu kasar, bahkan ada banyak bulu yang tumbuh di batang kemaluanku. Ukurannya cukup besar dan panjangnya belasan centi.

“Bud, punyamu lumayan juga, besar dan panjang, ada bulunya lagi di batangnya” katanya sambil menghampiriku.

Jarak kami tidak begitu jauh sehingga dengan cepat dia sudah meraih kemaluanku, sambil berlutut dia meremas-remas batang kemaluanku sambil mengocok-ngocoknya lembut dan berikutnya kepala kemaluanku sudah dikulumnya. Tubuhku mengejang mendapat emutan seperti itu.

“Oooohhhh…. enak teh….” rintihku pelan.

Dia semakin bersemangat dengan kuluman dan kocokan-kocokannya pada kemaluanku, sementara aku semakin blingsatan akibat perbuatannya itu. Kadang dimasukkannya kemaluanku sampai ke dalam tenggorokannya. Kepalanya dia maju mundurkan, sehingga kemaluanku keluar masuk dari mulutnya, sambil dihisap-hisap dengan rakus. Aku semakin tidak tahan dan akhirnya…, jebol juga pertahananku. Spermaku menyemprot ke dalam mulutnya yang langsung dia sedot dan dia telan, sehingga tidak ada satu tetespun yang menetes ke lantai, memberiku sensasi yang luar biasa. Rasanya jauh lebih nikmat daripada waktu aku masturbasi.

“Aaaahhhh… ooooohhhhh…. teteeeeehhhhh!” Teriakku tak tertahankan lagi.

“Gimana? enak Bud?” Tanyanya setelah dia sedot tetesan terakhir dari kemaluanku.

“Enak banget teh, jauh lebih enak daripada ngocok sendiri” jawabku puas.

“Gantian dong teh, saya pengen ngerasain punya teteh” lanjutku sedikit memohon.

“Boleh…,” katanya sambil menuju tempat tidur, kemudian dia merebahkan dirinya di atas ranjang yang rendah, kakinya masih terjulur ke lantai.

Aku langsung berlutut di depannya, kuciumi selangkangannya dengan bibirku, tanganku meraih kedua payudaranya, kuremas-remas lembut dan kupilin-pilin pelan puting payudaranya yang sudah mengeras. Dia mulai mengeluarkan rintihan-rintihan perlahan. Sementara mulutku menghisap, memilin, menjilat vaginanya yang semakin lama semakin basah. Aku permainkan clitorisnya dengan lidahku dan ku emut-emut dengan bibirku.

“Aaaaaahhhhh… ooooohhhhhh, Buuuuddddhyyyyy…, aku sudah tidak tahan, aaaaauuuuuhhhhhh!”

Rintihannya semakin lama semakin keras. Aku sedikit kuatir kalau ada tetangganya yang mendengar rintihan-rintihan nikmat tersebut. Tetapi karena aku juga didera nafsu, sehingga akhirnya aku tidak terlalu memperdulikannya. Hingga satu saat aku merasakan tubuhnya mengejang, kemudian aku merasakan semburan cairan hangat di mulutku, aku hisap sebisaku semuanya, aku telan dan aku nikmati dengan rakus, tetes demi tetes.

Kakinya yang tadinya menjuntai ke lantai, kini kedua pahanya mengapit kepalaku dengan ketat, kedua tangannya menekan kepalaku supaya lebih lekat lagi menempel di selangkangannya, membuatku sulit bernafas. Tanganku yang sebelumnya bergerilya di kedua payudaranya kini meremas-remas dan mengusap-usap pahanya yang ada di atas pundakku.

“Bud, kamu hebat, bikin aku orgasme sampai kelojotan begini, belajar darimana?” Tanyanya.

Aku tidak menjawab, hanya tersenyum. Aku memang banyak membaca tentang hubungan sexual, dari majalah, buku dan internet. Sementara itu kemaluanku sudah sejak tadi menegang lagi karena terangsang dengan rintihan-rintihan nikmatnya bu Netty. Akupun berdiri, memposisikan kemaluanku didepan mulut vaginanya yang masih berkedut dan tampak basah serta licin itu.

“Aku masukin ya teh?” Tanyaku, tanpa menunggu jawaban darinya, aku melumat bibirnya yang merekah menanti kedatangan bibirku.

“Oooohhhh…” rintihnya,

“Aaaahhhh…” kubalas dengan rintihan yang sama nikmatnya, ketika kemaluanku menembus masuk ke dalam vaginanya, hilanglah keperjakaanku.

Kenikmatan tiada tara aku rasakan, ketika batang kemaluanku masuk seluruhnya, bergesekan dengan dinding vagina yang lembut, hingga ke pangkalnya. Bu Netty merintih semakin kencang ketika bulu kemaluanku yang tumbuh di batang kemaluanku menggesek bibir vagina dan clitorisnya, matanya setengah terpejam mulutnya menganga, nafasnya mulai tersenggal-senggal.

“Ahh-ahh-ahh auuuu!”

Kutarik lagi kemaluanku perlahan, sampai kepalanya hampir keluar. Kumasukkan lagi perlahan, sementara rintihannya selalu di tambah teriakan kecil, setiap kali pangkal batang kemaluanku menghantam bibir vagina dan clitorisnya. Gerakanku semakin lama semakin cepat, bibirku bergantian antara melumat bibirnya, atau menghisap puting payudaranya kiri dan kanan. Teriakan-teriakannya semakin menggila, kepalanya dia tolehkan kekiri dan kekanan membuatku hanya bisa menghisap puting payudaranya saja, tidak bisa lagi melumat bibirnya yang sexy.

Sementara itu pinggulnya dia angkat setiap kali aku menghunjamkan kemaluanku ke dalam vaginanya yang kini sudah sangat basah, sampai akhirnya,

“Buuudddhhyyyyyy…. aku mau keluar lagiiiiii… oooohhhhhh… aaahhhhh” teriakannya semakin kacau.

Aku memperhatikan dengan puas, saat dia mengejan seperti menahan sesuatu, vaginanya kembali banjir seperti saat dia orgasme di mulutku. Aku memang sengaja mengontrol diriku untuk tidak orgasme, hal ini aku pelajari dengan seksama, walaupun aku belum pernah melakukan ML sebelum itu. Bu Netty sendiri heran dengan kemampuan kontrol diriku. Setelah dia melambung dengan orgasme-orgasmenya yang susul- menyusul, aku cabut kemaluanku yang masih perkasa dan keras. Aku memberinya waktu beberapa saat untuk mengatur nafasnya.

Kemudian aku memintanya menungging, dia dengan senang hati melakukannya. Kembali kami tenggelam dalam permainan yang panas. Sekali lagi aku membuatnya mendapatkan orgasme yang berkepanjangan seakan tiada habisnya, aku sendiri karena sudah cukup lelah, kupercepat gerakanku untuk mengejar ketinggalanku menuju puncak kenikmatan. Akhirnya menyemburlah spermaku, yang sejak tadi aku tahan, saking lemasnya dia dengan pasrah tengkurap diatas perutnya, aku menjatuhkan diriku berbaring di sebelahnya.

Sejak kejadian hari itu, aku sudah tidak lagi melakukan masturbasi, kami ML setiap kali kami menginginkannya. Ketika aku tanya mengapa dia memilihku, dia menjawab, karena aku mirip dengan pacar pertamanya, yang membuatnya kehilangan mahkotanya, sewaktu masih SMA. Tapi bedanya, katanya lagi, aku lebih tahan lama saat bercinta (bukan GR lho). Saat kutanya, apa tidak takut hamil?, dengan santai dia menjawab, bahwa dia sudah rutin disuntik setiap 3 bulan sekali (suntik KB).

Tamat

2 Comments | Tante Netty yang Sexy | Tagged: sexy, tante girang | Permalink
Posted by Admin
Parade Gadis Cantik




Cerita Dewasa Terbaru
o Mbak Parmi
o Kenangan Cinta Pertama
o Hasrat pada pembantu rumah tangga yang tertahan
o Kenangan Cinta Pertama
o Jejak Petualang Mesum
Gadis Bugil

Arsip Cerita Dewasa

Categories

Tags
ABG abg smp birahi Black Mail bokep bugil cantik cerita bokep cerita dewasa cerita ngentot cerita Ngeseks cerita panas cerita seks cerita seru cinta Daun Muda dewasa gadis Gadis SMU hot imut istri Keraku Koihime kontol manis memek mesum ngentot Ngeseks panas perawan perjaka Pia Carrot sahabat seks Seks Bebas Setengah Baya sex sexy suster tante girang Teman toket vagina
Blogroll
o Adult Blog Directory
o Adult Blog Turtle
o Adult DVD
o cerita mesum
o Cerita Ngentot
o Porn Blog Catalog
o Porn Blog Rabbit
o Porn Blog World
o Pornblog Finder
o Quality Adult Blogs
o Sex Blog Pussy
o Sexblog Demon
o Twisted Blogs
Stats
o 4,279,136 visitors
Site Meter


Theme: Contempt by Vault9.
Blog at WordPress.com.
RATU BOKEP-DEWASA-MESUM-SEKS
Hentai Movies Review, Kumpulan Cerita Dewasa, Cerita Bokep, Cerita Mesum, Dan Cerita Seks
Home
Keraku No Oh
Kisah Kami - About Us

Ngentot Sama Suster Maniak

Suatu siang di jalan Dharma Wangsa ke arah campus Airlangga sedang terjadi keributan, ngga’ jelas siapa lawan siapa… saat itu aku melintas dengan BMW M50ku sendirian dan sedang asyik dengerin radio Suara Surabaya… cuek saja saat melintasi perkelahian itu sambil sedikit menoleh ke arah seorang laki-laki yang sedang dikeroyok 4 orang lawannya… dia dikejar habis-habisan dan mencoba menerobos kerumunan penonton untuk mencari selamat.
Terbelalak mataku bengitu sadar siapa lelaki yang sedang dikerjar tersebut… ternyata dia Kakak temanku… namanya Anton. Yang ngga’ jelas kenapa dia ada di sana dan dikeroyok orang segala, tapi aku sudah tidak sempat berpikir lebih jauh… segera saja aku pinggirkan kendaraanku dan aku turun untuk membantunya.

Aku tarik dua orang yang sedang memukulnya karena Anton sudah jatuh terduduk dan dihajar berempat… sekarang Anton mengurus dua orang dan aku dua orang… memang masih tidak seiimbang… dalam perkelahianku aku berhasil menangkap satu dari lawanku dan aku jepit kepalanya dengan lengan kiriku sedang lengan kananku aku gunakan untuk menghajarnya… sementara aku berusaha menggunakan kakiku untuk melawna yang satunya lagi… aku tak sempat lihat apa yang dilakukan Anton… waktu seakan sudah tidak dapat dihitung lagi demikian cepatnya sampai hal terakhir yang masih aku ingat adalah aku merasakan perih di pinggang kanan belakangku… dan saat kutengok ternyata aku ditusuk dengan sebilah belati dari belakang oleh entah siapa… sambil menahan sakit aku merenggangkan jepitanku pada korbanku dan berusaha melakukan tendangan memutar… sasaranku adalah lawan yang di depanku. Namun pada saat melakukan tendangan memutar sambil melayang… tiba-tiba aku melihat ayunan stcik soft ball ke arah kakiku yang terjulur… ngga’ ampun lagi aku jatuh terjerembab dan gagal melancarkan tentangan mautku… sesampainya aku di tanah dengan agak tertelungkup aku merasakan pukulan bertubi-tubi… mungkin lebih dari 3 orang yang menghajarku. Terakir kali kuingat aku merasakan beberapa kali tusukan sampai akhirnya aku sadar sudah berada di rumah sakit.

Aku tidak jelas berada di rumah sakit mana yang pasti berisik sekali dan ruangannya panas… dalam ruangan tersebut ada beberapa ranjang… pada saat aku berusaha untuk melihat bagian bawahku yang terluka aku masih merasakan nyeri pada bagian perutku dan kaki kananku serasa gatal dan sedikit kebal ( mati rasa )… aku coba untuk geser kakiku ternyata berat sekali dan kaku. Kemudian aku paksakan untuk tidur…
Sore itu aku dijenguk oleh Dian adik Anton… Dian ini teman kuliahku… dia datang bersama dengan Mita adiknya yang di SMA… katanya habis jenguk Anton dan Anton ada di ruang sebelah…
” Makasih ya Joss… kalo ngga’ ada kamu kali Anton sudah… ” katanya sambil menitikkan air mata… ” Sudahlah… semua ini sudah berlalu… tapi kalo boleh aku tau kenapa Anton sampe dikeroyok gitu ? ” tanyaku penasaran. ” Biasa gawa-gara cewec… mereka goda cewec Airlangga dan cowocnya marah makanya dikeroyok… emang sich bukan semua yang ngeroyok itu anak Airlangga sebagian kebetulan musuh Anton dari SMA, sialnya Anton saja ketemu lagi dan suasananya kaya’ gitu… jadi dech di dihajar rame-rame ” jawab Mita. ” Kak Jossy yang luka apanya saja ? ” tanya Mita. ” Tau nih… rasanya ngga’ keruan ” jawabku… ” Lihat aja sendiri… soalnya aku ngga’ bisa gerak banyak… kamu angkat selimutnya sekalian aku juga mo tau ” lanjutku pada Mita.
” Permisi ya Kak ” kata Mita langsung sambil membuka selimutku ( hanya diangkat saja ). Sesaat dia pandangi luka-lukaku dan mungkin karena banyak luka sehingga dia sampe bengong gitu… dan pas aku lihat pinggangku dibalut sampe pinggul dan masih tembus oleh darah… di bawahnya lagi aku melihat…. ya ampun pantes ni anak singkong bengong… meriamku tidak terbungkus apa-apa dan yang seremnya kepalanya yang gede kelihatan menarik sekali… seperti perkedel. Sesaat kemudian aku masih sempat melihat kaki kananku digips… mungkin patah kena stick soft ball.

Mita menutup kembali selimut tadi dan Dian tidak sempat melhat lukaku karena dia sibuk nangis… hatinya memang lemah… sepertinya dia melankolis sejati. ” Mita sini aku mo bilangin kamu ” kataku… Mitapun menunduk mendekatkan telinganya ke mulutku. ” Jangan bilang sama Dian soal apa yang kamu lihat barusan… kamu suka ngga’ ? ” kataku berbisik. ” Serem ” bisiknya bales. ” Dian… kamu jangan lihat lukaku… nanti kamu makin nnga’ kuat lagi nahan tangismu ” kataku.
” Tapi paling tidak amu mo tau… boleh aku raba ? ” tanyanya… ” Silahkan… pelan-pelan ya… masih belum kering lukanya. ” jawabku.
Dianpun memasukkan tangannya ke balik selimut… dan mulai meraba dari dada… ke perut… di situ dia merasakan ada balutan… digesernya ke kanan kiri… terus ke bawahan dikit… ” Kok perbannya sampe gini… lukanya kaya’ apa ? “
” Wah aku sendiri belum jelas… ” aku jawab pertanyaan Dian. Turun lagi tangannya ke pinggul kanan… kena kulitku… terus ke tengah… kena meriamku… dia raba setengah menggenggam… untuk meyakinkan apa yang tersentuh tangannya… tersentak dan dia menarik tangannya sedikit sambil melepas pengangannya pada meriamku… ” Sorry… ngga’ tau…. “
” Ngga’ apa-apa kok… malah enak kalo sekalian dipijitin… soalnya badanku sakit semua… ” kataku nakal. ” Nah…. Kak Dian pegang anunya Kak Joss ya ? ” goda Mita… Merah wajah Dian ditembak gitu.
Dian terus saja meraa sampe pada kaki kananku dan dia menemukan gips… ” Lho… kok digips ? ” ” Iya patah tulangnya kali ” jawabku asal untuk menenangkan pikirannya…

Dian selesai merabaiku… tapi tampak sekali dia masih kepikiran soal sentuhan pada meriam tadi… dan sesekali matanya masih melirik ke sekitar meriamku… sedang aku juga sedang menikmati dan membayangkan ulang kejadian barusan… Flash back lah.
Tanpa sadar tiba-tiba meriamku meradang dan mulai bangun sehingga tampak pada selimut tipis kalo ada sesuatu perkembangan di sana. ” Kak Joss… anunya bangun ” bisik Dian padaku sambil dia ambil selimut lain untuk menutupnya… tapi tangannya berhenti dan diam di atasnya… ” Supaya Mita ngga’ ngelihat ” bisiknya lagi. Aku cuman bisa mengangguk… aku sadar ujung penisku masih dapat menggapai telapaknya… aku coba kejang-kejangkan penisku dan Dian seperti merasa dicolek-coleh tangannya. ” Mit… kamu pamit sama Mas Anton dech… kita bentar lagi pulang dan biar mereka istirahat… ” kata Dian… dan Mitapun melangkah keluar ruangan… ” Kak Joss…. nakal sekali anunya ya ” bisik Dian… aku balas dengan ciuman di pipinya.
” Dian… tolongin donk… diurut-urut itunya… biar lupa sakitnya… ” pintaku… ” Iya dech… ” jawab Dian langsung mengurut meriamku… dari luar selimut… biar ngga’ nyolok dengan pasien lain… walaupun antara ranjang ada penyekatnya… ” Ian… dari dalem aja langsung… biar cepetan…. ” pintaku karena merasa tanggung dan waktunya mepet sekali dia mo pulang., Dian menuruti permintaanku dengan memeriksa sekitar lebih dulu… terus tangannya dimasukkan dalam selimutku langsung meremas meriamku… dielusnya batangku dan sesekali bijinya… dikocoknya… lembut sekali… wah gila rasanya… lama juga Dian memainkan meriamku… sampe aku ngga’ tahan lagi dan crrooottt….. crot…. ccrrroooo..tttt…. beberapa kali keluar…
Tiba-tiba Mita datang dan buru-buru Dian tarik tangannya dari balik selimut… sedikt kena spermaku telapak tangan Dian… dia goserkan pada sisi ranjang untuk mengelapnya… ” Sudah Kak Joss… aku sama Mita mo pulang…. ” pamit Dian… ” Sudah keluar khan… ” bisiknya pada telingaku… cup… pipiku diciumnya… ” Cepet sembuhnya… besok aku tengok lagi ” Dia sengaja menciumku untuk menyamarkan bisikannya yang terakhir. ” Eh… kalo bisa bilangin susternya aku minta pindah kelas satu donk… di sini gerah ” pintaku pada mereka.

Merekapun keluar kamar dan melambaikan tangan… satu jam kemudian aku dipindahkan ke tempat yang lebih bagus… ada ACnya dan ranjangnya ada dua. Tapi ranjang sebelah kosong. Posisi kamarku agak jauh dari pos jaga suster perawat… itu aku tau saat aku didorong dengan ranjang beroda. ” Habis gini mandi ya ” kata suster perawat sehabis mendorongku… ngga’ lama kemudian dia sudah balik dengan ember dan lap handuk… dia taruh ember itu di meja kecil samping ranjangku dan mulai menyingkap selimutku serta melipatnya dekat kakiku. terbuka sudah seluruh tubuhku… pas dia lihat sekita meriamku terkejut dia… ada dua hal yang mengagetkannya… yang pertama adalah ukuran meriam serta kepalanya yang di luar normal… besar sekali… dan yang kedua ada hasil kerjaan Dian… spermaku masih berantakan tanpa sempat dibersihkan… walaupun sebagian menempel di selimut… tapi bekasnya yang mengering di badanku masih jelas terlihat. ” Kok… kayaknya habis orgasme ya ? ” tanyanya. Lalu tanpa tunggu aju jawab dia ambil wash lap dan sabun… ” Sus… jangan pake wash lap… geli… saya ngga’ biasa ” kataku.
Suster itu mulai dengan tanganku… dibasuh dan disabunnya… usapannya lembut sekali… sambil dimandiin aku pandangi wajahnya… dadanya… cukup gede kalo aku lihat… orangnya agak putih… tangannya lembut. Selesai dengan yang kiri sekarang ganti tangan kananku… dan seterusnya ke leher dan dadaku… terus diusapnya… sapuan telapak tangannya lembut aku rasakan dan akupun memejamkan mata untuk lebih menikmati sentuhannya.
Sampe juga akhirnya pada meriamku… dipegangnya dengan lembut…. ditambah sabun… digosok batangnya… bijinya… kembali ke batangnya… dan aku ngga’ kuat untuk menahan supaya tetap lemas… akhirnya berdiri juga… pertama setengah tiang lama-lama juga akhirnya penuh… keras…. dia bersihkan juga sekitar kepala meriamku sambil berkata lirih ” Ini kepalanya besar sekali… baru kali ini syya lihat kaya’ gini besarnya “
” Sus… enak dimandiin gini… ” kataku memancing. Dia diam saja tapi yang jelas dia mulai mengocok dan memainkan batangku… kaya’nya dia suka dengan ukurannya yang menakjubkan… ” Enak Mas… kalo diginikan ? ” tanyanya dengan lirikan nakal. ” Ssshh… iya terusin ya Sus… sampe keluar… ” kataku sambil menahan rasa nikmat yang ngga’ ketulungan… tangan kirinnya mengambil air dan membilas meriamku… kemudian disekanya dengan tangan kanannya… kenapa kok diseka pikirku… tapi aku diam saja… mengikuti apa yang mau dia lakukan… pokoknya jangan berhenti sampe sini aja… pusing nanti…
Dia dekatkan kepalanya… dan dijulurkan lidahnya… kepala meriamku dijilatnya perlahan… dan lidahnya mengitari kepala meriamku… sejuta rasanya… wow… enak sekali… lalu dikulumnya meriamku… aku lihat mulutnya sampe penuh rasanya dan belum seluruhnya tenggelam dalam mulutnya yang mungil… bibirnya yang tipis terayun keluar masuk saat menghisap maju mundur.

Lama juga aku diisep suster jaga ini… sampe akhirnya aku ngga’ tahan lagi dan crooott…. crooott… nikmat sekali. Spermaku tumpah dalam rongga mulutnya dan ditelannya habis… sisa pada ujung meriamkupun dijilat serta dihisapnya habis… ” Sudah sekarang dilanjutkan mandinya ya… ” kata suster itu dan dia melanjutkan memandikan kaki kiriku setelah sebelumnya mencuci bersih meriamku… badanku dibaliknya… dan dimandikan pula sisi belakang badanku.
Selesai acara mandi ” Nanti malam saya ke sini lagi nanti saya temenin… ” katanya sambil membereskan barang-barangnya. terakhir sebelum keluar kamar dia sempat menciumku… pas di bibir… hangat sekali… ” Nanti malam saya kasih yang lebih hebat ” begitu katanya.

Akupun berusaha untuk tidur… nikmat sekali sore ini dua kali keluar… dibantu dua cewec yang berbeda… ini mungkin ganjaran dari menolong teman… gitu hiburku dalam hati… sambil memikirkan apa yang akan kudapat malam nanti akupun tertidur lelap sekali. Tiba-tiba aku dibangunkan oleh suster yang tadi lagi… tapi aku belum sempat menyanyakan namanya… baru setelah dia mo keluar kamar selesai meletakkan makananku dan membangunkanku… namanya Anna. Cara dia membangunkanku cukup aneh… rasanya suster di manapun tidak akan melakukan dengan cara ini… dia remas-remas meriamku… sambil digosoknya lembut sampe aku bangun dari tdurku. Langsung aku selesaikan makanku dengan susah payah… akhirnya selesai juga… lalu aku tekan bel… dan tak lama kemudian datang suster yang lain… aku minta dia nyalakan TV di atas dan mengakat makananku.
Aku nonton acara-acara TV yang membosankan dan juga semua berita yang ditayangkan… tanpa konsentrasi sedikitpun.

Sekitar jam 9 malam suster Wiwik datang untuk mengobati lukaku dan mengganti perban… pada saat dia melihat meriamkupun dia takjub… ” Ngga’ salah apa yang diomongkan temen-temen di ruang jaga ” demikian komentarnya. ” Kenapa Sus ? ” tanyaku ngga’ jelas. ” Oo… itu tadi teman-teman bilang kalo pasien yang dirawat di kamar 26 itu kepalanya besar sekali. ” jawabnya.
Setelah selesai denganmengobati lukaku dan dia akan tinggalkan ruangan… sebelum membetulkan selimutku dia sempatkan mengelus kepala meriamku… ” Hmmm… gimana ya rasanya ? ” gumamnya tanya meminta jawaban. Dan akupun hanya senyum saja. Wah suster di sini gila semua ya pikirku… soalnya aku baru kenal dua orang dan dua-duanya suka sama meriamku… minimal tertarik… dan lagian ada promosi gratis di ruang jaga suster kalo ada pasien dengan kepala meriam super besar… promosi yang menguntungkan… semoga ada yang terjerat ingin mencoba… selama aku masih dirawat di sini.

Jam 10an kira-kira aku mulai tertidur… aku mimpi indah sekali dalam tidurku… karena sebelum tidur tadi otakku sempat berpikir jorok. Aku merasakan hangat sekali pada bagian selangkanganku… tepatnya pada bagian meriamku… sampe aku terbangun ternyata… suster Anna sedang menghisap meriamku… kali ini entah jam berapa ? Dengan bermalas-malasan aku nikmat terus hisapannya… dan aku mulai ikut aktif dengan meraba dadanya… suatu lokasi yang aku anggap paling dekat dengan jangkauanku. Aku buka kanding atasnya dua kancing… aku rogoh dadanya di balik BH putihnya… aku dapati segumpal daging hangat yang kenyal… kuselusuri… sambil meremas-remas kecil.. sampe juga pada putingnya… aku pilin putingnya… dan Sus Annapun mendesah… enath berapa lama aku dihisap dan aku merabai Sus Anna… sampe dia minta ” Mas… masih sakit ngga’ badannya ? “
” Kenapa Sus ? ” tanyaku bingung. ” Enggak kok… sudah lumayan enakan… ” dan tanpa menjawab diapun meloloskan CDnya… dimasukkan dalam saku baju dinasnya. Lalu dia permisi padaku dan mulai mengangkangkan kakinya di atas meriamku… dan bless… dia masukkan batangku pada lobangnya yang hangat dan sudah basah sekali… diapun mulai menggoyang perlahan… pertama dengan gerakan naik turun…lalu disusul dengan gerakan memutar… wah… suster ini rupanya sudah prof banget… lobangnya aku rasakan masih sangat sempit… makanya dia juga hanya berani gerak perlahan… mungkin juga karena aku masih sakit… dan punya banyak luka baru. Lama sekali permainan itu dan memang dia ngga’ ganti posisi… karena posisi yang memungkinkan hanya satu posisi… aku tidur di bawah dan dia di atasku. Sampe saat itu belum ada tanda-tanda aku akan keluar… tapi kalo tidak salah dia sempat mengejang sekali tadi dipertengahan dan lemas sebentar lalu mulai menggoyang lagi… sampe tiba-tiba pintu kamarku dibuka dari luar… dan seorang suster masuk dengan tiba-tiba… kaget sekali kami berdua… karena tidak ada alasan lain… jelas sekali kita sedang main… mana posisinya… mana bajua dinas Suster Anna terbuka sampe perutnya dan BHnya juga sudah kelepas dan tergeletak di lantai. Ternyata yang masuk suster Wiwik… dia langsung menghampiri dan bilang ” Teruskan saja An… aku cuman mau ikutan… mumpung sepi “
Suster Wiwikpun mengelus dadaku… dia ciumin aku dengan lembut… aku membalasnya dengan meremas dadanya… dia diam saja… aku buka kancingnya… terus langsung aku loloskan pakaian dinasnya… aku buka sekalian BHnya yang berenda… tipis dan merangsang… membal sekali tampak pada saat BH itu lepas dari badannya… dada itu berguncang dikit… kelihatan kalo masih sangat kencang… tinggal CD minim yang digunakannya.

Suster Anna masih saja dengan aksinya naik turun dan kadang berputar… aku lhat saja dadanya yang terguncang akibat gerakannya yang mulai liar… lidah suster Wiwik mulai memasuki rongga mulutku dan kuhisap ujung lidahnya yang menjulur itu… tangan kiriku mulai merabai sekitar selangkangan suster Wiwik dari luar… basah sudah CDnya… pelah aku kuak ke samping… dan kudapat permukaan bulu halus menyelimuti liang kenikmatannya… kuelus perlahan… baru kemudian sedikit kutekan… ketemu sudah aku pada clitsnya… agak ke belakang aku rasakan makin menghangat. Tersentuh olehku kemudian liang nikmat tersebut… kuelus dua tiga kali sebelum akhirnya aku masukkan jariku ke dalamnya. Kucoba memasukkan sedalam mungkin jari telunjukku… kemudian disusul oleh jari tengahku… aku putar jari-jariku di dalamnya… baru kukocok keluar masuk… sambil jempolku memainkan clitsnya. Dia mendesar ringan… sementara suster Anna rebahan karena lelah di dadaku dengan pinggulnya tiada hentinya menggoyang kanan dan kiri… suster Wiwik menyibak rambut panjang suster Anna dan mulai menciumi punggung terbuka itu… suster Anna makin mengerang… mengerang…. dan mengerang…. sampai pada erangan panjang yang menandakan dia akan orgasme… dan makin keras goyangan pinggulnya… sementara aku mencoba mengimbangi dengan gerakan yang lebih keras dari sebelumnya… karena dari tadi aku tidak dapat terlalu bergoyang… takut lukaku sakit.
Suster Anna mengerang…. panjang sekali seperti orang sedang kesakitan… tapi juga mirip orang kepedasan… mendesis di antara erangannya… dia sudah sampe… rupanya… dan… dia tahan dulu sementara… baru dicabutnya perlahan… sekarang giliran suster Wiwik… dilapnya dulu… meriamku dikeringkan… baru dia mulai menaikiku… batin… kurang ajar suster-suster ini aku digilirnya… dan nanti aku juga mesti masih membayar biaya rawat… gila… enak di dia… tapi….. enak juga dia aku kok… demikian pikiranku… ach… masa bodo…. POKOKNYA PUAS !!! Demikian kata iklan.

Ketika suster Wiwik telah menempati posisinya… kulihat suster Anna mengelap liang kenikmatannya dengan tissue yang diambilnya dari meja kecil di sampingku. Suster Wiwik seakan menunggang kuda… dia goyang maju mundur… perlahan tapi penuh kepastian… makin lama makin cepat iramanya… sementara tanganku keduanya asyik meremas-remas dadanya yang mengembung indah… kenyal sekali rasanya… cukup besar ukurannya dan lebih besar dari suster Anna punya… yang ini ngga’ kurang dari 36… kemungkinan cup C… karena mantap dan tanganku seakan ngga’ cukup menggenggamnya. Sesekali kumainkan putingnya yang mulai mengeras… dia mendesis… hanya itu jawaban yang keluar dari mulutnya… desisan itu sungguh manja kurasakan… sementara suster Anna telah selesai dengan membersihkan liang hangatnya… kemudian dia mulai lagi mengelus-elus badan telanjang suster Wiwik dan tuga memainkan rambutku… mengusapnya…
Kemudian karena sudah cukup pemanasannya… dia mulai menaiki ranjang lagi… dikangkangkannya kakinya yang jenjang di atas kepalaku… setengah berjongkok gayanya saat itu dengan menghadap tembok di atas kepalaku… dan kedua tangannya berpegangan pada bagian kepala ranjangku. Mulai disorongkannya liangnya yang telah kering ke mulutku… dengan cepat aku julurkan lidahku…. aku colek sekali dulu dan aku tarik nafas…. hhhmmmm…… harus khas liang senggama…. kujilat liangnya dengan lidahku yang memang terkenal panjang… kumainkan lidahku… mereka berdua mengerang berbarengan kadang bersahutan…
Aku ingin tau sekarang ini jam berapa ? Jangan sampe erangan mereka mengganggu pasien lain… karena aku mendengarnya cukup keras… aku tengok ke dinding… kosong ngga’ ada jam dinding… aku lihat keluar… kearah pintu… mataku terbelalak… terkejut… shock… benar-benar kaget aku… lamat-lamat aku perhatikan… di antara pintu aku melihat seberkas sinar mengkilap… sambil terus menggoyang suster Wiwik… meninggalkan jilatan pada suster Anna… aku konsentrasi sejenak pada apa yang ada di belakang pintu… ternyata… pintupun terbuka… makin gila aku makin kaget… dan deg… jantungku tersentak sesaat… lalu lega… tapi… yang dateng ini dua temen suster yang sedang kupuaskan ini… kaya’nya kalo marah sich ngga’ bakalan.. mereka sepertinya telah cukup lama melihat adegan kami bertiga… jadi maksud kedatangannya hanya dua kemungkinan… mo nonton dari dekat atau ikutan… ternyata…. ” Wah… wah… wah… rajin sekali kalian bekerja… sampe malem gini masih sibuk ngurus pasien… ” demikian kata salah seorang dari mereka…
” Mari kami bantu ” demikian sahut yang lainnya yang berbadan kecil kurus dan berdada super… Jelas ini jawabannya adalah pilihan kedua.
Merekapun langsung melepas pakaian dinas masing-masing… satu mengambil posisi di kanan ranjang dan satu ngambil posisi di kiri ranjang… secara hampir bersamaan mereka menciumi dada… leher… telinga dan semua daerah rangsanganku… akupun mulai lagi konsentrasi pada liang suster Anna… sementara kedua tanganku ambil bagian masing-masing… sekarang semua bagian tubuhku yang menonjol panjang telah habis digunakan untuk memuaskann 4 suster gatel…… malam ini… tidak ada sisa rupanya…. terus bagaimana kalo sampe ada satu lagi yang ikutan ?

Jari-jariku baik dari tangan kanan maupun kiri telah amblas dalam liang hangat suster-suster gatel tersebut… untuk menggaruknya kali… aku kocok-kocokkan keluar masuk ya lidahku… ya jariku… ya meriamku… rusak sudah konsentrasiku… yang pasti… ini pengalaman gila kedua sejak peristiwa serupa dengan Donna adik Sammy Zara…
Ini permainan Four Whell Drive ( 4 WD )atau bisa juga disebut Four Wheel Steering ( 4 WS )… empat-empatnya jalan semua… kaya’nya kau makin piawai dalam permainan 4DW / 4 WS ini karena ini kali dua aku mencoba mempraktekkannya.
Lama sekali permainannya… sampe tiba-tiba suster Wiwik mengerang…. kesar dan panjang serta mengejang…

Setelah suster Wiwik selesai… dan mencabut meriamku… suster Anna berbalik posisi dengan posisi 69… kami saling menghisap dan permainan berlanjut… sekali aku minta rotasi… yang di kananku untuk naik… yang di atas ( suster Anna ) aku minta ke kiri dan suster yang di kiri aku minta pindah posisi kanan.
Tawaran ini tidak disia-siakan oleh suster yang berkulit agak gelap dari semua temannya… dia langsung menancapkan meriamku dengan gerakan yang menakjubkan… tanpa dipegang…. diambilnya meriamku yang masih tegang dengan liangnya dan langsung dimasukkan… amblas sudah meriamku dari pandangan. Diapun langsung menggoyang keras… rupanya sudah ngga’ tahan…
Benar juga sekitar 5 menit dia bergoyang sudah mengejang keras dan mengerang…. mengerang…. panjang serta lemas. Sementara tingal dua korban yang belum selesai… aku minta bantuan suster yang masih ada di sana untuk membantu aku balik badan… tengkurap… kemudian aku suruh suster yang pendek dan berdada besar tadi untuk masuk ke bawah tubuhku…. sedangkan suster Anna aku suruh duduk di samping bantal yang digunakan suster kecil tadi. Perlahan aku mulai memasukkan meriam raksasaku pada liang suster yang bertubuh kecil ini… sulit sekali… dan diapun membantu dengan bimbingan test…. Setelah tertancap… tapi sayangnya tidak dapat habis terbenam… rasanya mentok sekali… dengan bibir rahimnya… akupun mulai menggoyang suster kecil dan menjilati suster Anna. Mereka berdua kembali mendesah…. mengerang…. mendesah dan kadang mendesis… kaya’ ular.
Aku sulit sekali sebenarnya untuk mengayun pinggulku maju mundur…. jadi yang bisa aku lakukan cuman tetap menancapkan meriamku pada liang kenikmatan suster mungil ini sambil memutar pinggulku seakan meng-obok-obok liangnya… sedangkan dadanya yang aku bilang super itu terasa sekali mengganjal dadaku yang bidang… kenikmatan tiada tara sedang dinikmati si mungil di bawahku ini… dia mendesis tak keruan… sedang lidahku tetap menghajar liang kenikmatan suster Anna… sesekali aku jilatkan pada clitsnya… dia menggelinjang setiap kali lidahku menyentuh clitsnya… mendengar desisan mereka berdua aku jadi ngga’ tahan… maka dengan nekat aku keraskan goyangan pinggulku dan hisapanku pada suster Anna… dia mulai mengejang… mengerang dan kemudian disusul dengan suster yang sedang kutindih…. suster Anna sudah lemas… dan beranjak turun dari posisinya….
Aku tekan lebih keras suster mungil ini…. sambil dadanya yang menggairahkan ini aku remas-remas semauku… aku sudah merasakan hampir sampe juga… sedang suster mungil masih mengerang…. terus dan terus… kaya’nya dia dapat multi orgasme dan panjang sekali orgasme yang didapatnya…. aku coba mengjar orgasmenya… dan…. dan…. berhasil juga akuhirnya… aku sodok dan benamkan meriamku sekuat-kuatnya… sampe dia melotot… aku didekapnya erat sekali… dan ” Adu…..uh enak sekali… ” demikian salah satu katanya yang dapat aku dengar.
Akupun ambruk diatas dada besar yang menggemaskan itu… lunglai sudah tubuh ini rasanya… menghabisi 4 suster sekaligus… suatu rekord yang gila… permainan Four Wheel Drive kedua dalam hidupku… pada saat mencabutnyapun aku terpaksa diantu suster yang lain…
” Kasihan pasien ini nanti sembuhnya jadi lama… soalnya ngga’ sempet istirahat ” kata suster yang hitam.
” Iya dan kaya’nya kita akan setiap malam rajin minta giliran kaya’ malem ini ” sahut suster Wiwik.
” Kalo itu dibuat system arisan saja ” kata suster Anna sadis sekali kedengarannya. Emangnya aku meriam bergilir apa ?

Malam itu aku tidur lelaap sekali dan aku sempat minta untuk suster mungil menemaniku tidur, aku berjanji tiap malam mereka dapat giliran menemaniku tidur… tapi setelah mendapat jatah batin tentunya. Suster mungil ini bernama Ratih dan malam itu kami tidur berdekapan mesra sekali seperti pengantin baru dan sama-sama polos… sampe jam 4 pagi… dia minta jatah tambahan… dan kamipun bermain one on one ( satu lawan satu, ngga’ keroyokan kaya’ semalem ).
Hot sekali dia pagi itu… karena kami lebih bebas… tapi yang kacau adalah udahannya… aku merasa sakit karena lukaku berdarah lagi… jadi terpaksa ketahuan dech sama yang lain kalo ada sesi tambahan… dan merekapun rame-rame mengobati lukaku…. sambil masih pengen lihat meriam dasyat yang meluluh lantakkan tubuh mereka semaleman.
Abis gitu sekitar jam 5 aku kembali tidur sampe pagi jam 7.20 aku dibangunkan untuk mandi pagi. Mandi pagi dibantu oleh suster Dewi dan sempat diisep sampe keluar dalam mulutnya… nah suster Dewi ini yang kulitnya hitaman semalam. Nama mereka sering aku dapat setelah tubuh mereka aku dapat.

Hari kedua

Pagi jam 10 aku dibesuk oleh Dian dan Mita… mereka membawakan buah jeruk dan apel… aslinya sich aku ngga demen makan buah… setengah jam kami ngobrol bertiga. sampe suatu saat aku bilang pada Dian ” aku mo minta tolong Ian… kepalaku pusing… soalnya aku dari semaleman ngga’ dapet keluar… dan aku ngga’ bisa self service ” demikian kataku membuka acara… dan akupun bercerita sedikit kebiasaanku pada Dian dengan bumbu tentunya. Aku cerita kalo biasa setiap kali mandi pagi aku suka onani kalo semalemnya ngga’ dapet cewec buat nemenin tidur… dan sorenya juga suka main lagi… Dian bisa maklum karena aku dulu sempat samen leven dengan Nana temannya yang hyper sex selama 8 bulan lebih… dia juga tahu kehidupanku tidak pernah sepi cewec. Dengan dalih dia mo bantu aku karena hal ini dianggap sebagai bales jasa menyelamatkan jiwa kakaknya… yang aku selamatkan dari keroyokan kemarin… sampe akhirnya aku sendiri masuk rumah sakit.

Dia minta Mita adiknya keluar dulu karena malu, tapi Mita tau apa yang akan dilakukan Dian padaku… karena pembicaraan tadi di depan Mita. Sekeluarnya Mita dari kamar… Dian langsung memasukkan tangannya dalam selimutku dan mulailah dia meremas dan mengelus meriamku yang sedang tidur… sampe bangun dan keras sekali… setelah dikocoknya dengan segala macam cara masih belum keluar juga sedang waktu sudah menunjukkan pukul 10.45 berarti jam besuk tinggal 15 menit lagi maka aku minta Dian menghisap meriamku. Mulanya dia malu… tapi dikerjakannya juga… demi bales jasa kaya’ya… atau dia mulai suka ?

Akhirnya keluar juga spermaku dan kali ini tidak diselimut lagi tapi dalam mulut Dian dan ini pertama kali Dian meneguk spermaku… juga pertama kali teman kuliahku ini ngisep punyaku… kaya’nya dia juga belum mahir betul… itu ketahuan dari beberapa kali aku meringis kesakitan karena kena giginya.
Spermaku ditelannya habis… sesuai permintaanku dan aku bilang kalo sperma itu steril dan baik buat kulit… benernya sich aku ngga’ tau jelas… asal ngomong aja dan dia percaya… setelah menelan spermaku dia ambil air di gelas dan meminumnya… belum biasa kali. Aku tengok ke jendela luar saat Dian ambil minum tadi… ternyata aku melihat jendela depan yang menghadap taman tidak tertutup rapat dan aku sempat lihat kalo Mita tadi ngintip kakaknya ngisep aku…

Jam 11.05 mereka berdua pamit pulang… selanjutnya aku aku makan siang dan tidur sampe bangun sekitar jam 3 siang. Dan aku minta suster jaga untuk memindahkanku ke kursi roda… sebelum dipindahkan aku diobati dulu dan diberi pakeaian seperti rok panjang terusan agak gombor. dengan kancing banyak sekali di belakangnya.
Pada saat mengenakan pakaian tersebut dikerjakan oleh dua suster shift pagi… suster Atty dan suster Fatima, pada saat mereka berdua sempat melihat meriamku… mereka saling berpandangan dan tersenyum terus melirik nakal padaku… aku cuek saja… pada saat aku mo dipindahkan ke kurasi roda aku diminta untuk memeluk suster Fatima… orangnya masih muda sekitar 23 tahunan kira-kira… rambutnya pendek… tubuhnya sekitar 159 Cm… dadanya sekitar 34 B… pada saat memeluk aku sedikit kencangkan sambil pura-pura ngga’ kuat berdiri… aku dekap dia dari pinggang ke pundak ( seperti merengkuh ) dengan demikian aku telah menguncinya sehingga dia tidak dapat mengambil jarak lagi dan dadanya pas sekali dipundakku… greeng… meriamku setengah bangun dapat sentuhan tersebut.
” Agak tegak berdirinya Mas… berat soalnya badan Masnya ” kata suster Fatima.
Akupun mengikut perintahnya dengan memindahkan tangan kananku seakan merangkulnya dengan demikian aku makin mendekatkan wajahnya ke leherku dan aku dorong sekalian kepalaku sehingga dia secara ngga’ sadar bibirnya kena di leherku… sementara suster Atty membetulkan letak kursi roda… aku lihat pinggulnya dari berlakang… wah… bagus juga ya…
Suster Fatima bantu aku duduk di kursi roda dan suster Atty pegang kursi roda dari belakang…pada saat mo duduk pas mukaku dekat sekali dengan dada suster Fatima… aku sempetin aja desak dan gigit dengan bibir berlapis gigi ke dada tersebut… karena beberapa terhenti aku dapat merasakan gigitan itu sekitar 2 detikan dech… dia diam saja… dan saat aku sudah duduk…. dan suster Atty keluar kamar… ” Awas ya… nakal sekali ” kata suster Fatima sambil mendelik. Aku tau dia ngga’ marah cuman pura-pura marah aja ” Satunya belum Sus ” kataku menggoda… ” Enak aja… geli tau ? ” jawabnya sewot. ” Nanti saya cubit baru tau ” lanjutnya sambil langsung mencubit meriamku… dan terus dia ngeloyor keluar kamar dengan muka merah… karena meriamku saat itu sudah full standing karena abis nge-gigit toket… jadi terangsang… ” Sus… tolong donk saya di dorong keluar kamar ” kataku sebelum sempat suster Fatima keluar jauh. Diapun kembali dan mendorongku ke teras kamar… menghadap taman. Aku bengong di teras… sambil menghisap rokokku… di pangkuanku ada novel tapi rasanya males mo baca novel itu… jadinya aku bengong saja sore itu di teras sambil ngelamun aku mikirin rencana lain untuk malam ini… mo pake gaya apa ya ?

Tiba-tiba aku dikejutkan dengan telapak tangan yang menutup mataku… saipa ini ? Kok tanyannya halus… dingin dan kecil… ” Siapa ni ? ” kataku… Terus dilepasnya tangan tersebut dan dia ke arah depanku… baru kutau dia Mita adik Dian. Kok sendirian ? ” Mana Mita ? ” tanyaku… ” Lagi ketempat dosennya mo ngurus scripsi ” jawab Mita. ” Jadi ngga’ kesini donk ? ” tanyaku penasaran.
” Ya ngga’ lah… ini saya bawain bubur buatan Mama ” katanya sambil mendorongku masuk kamar… dia letakkan bubur itu di atas meja kecil samping ranjang.
Terus kami ngobrol… sekitar 10 menit sampe aku bilang ” Mit… ach ngga’ jadi dech… ” kataku bingung gimana mo mulainya… maksudku mo jailin dia untuk ngeluarin aku seperti yang dilakukan kakaknya pagi tadi… bukankah dia juga udah ngintip… kali aja dia pengen kaya’ kakaknya… mumpung lagi cuman berduaan…
” Kenapa Kak ? ” aku tak menjawab hanya mengernyitkan dahi saja…
” Pusing ya ? ” tanyanya lagi. ” Iya ni… penyakit biasa ” kataku makin berani… kali bisa…
” Kak… gimana ya ? Tadi khan udah ? ” katanya mulai ngeti maksudku… tapi kaya’nya dia bingung dan malu… merah wajahnya tampak sekali.
” Mit… sorry ya… kalo kamu ngga’ keberatan tolongin Kakak donk… ntar malem Kakak ngga’ bisa tidur… kalo… ” kataku mengarah dan sengaja tidak menyelesaikan kata-kataku supaya terkesan gimana gitu….
” Iya Mita tau Kak… dan kasihan sekali… tapi gimana Mita ngga’ bisa… MIta malu Kak… “
” Ya udah kalo kamu keberatan… aku ngga’ mo maksa… lagian kamu masih kecil… “
” Kak… Mita ciumin aja ya… supaya Kakak terhibur… jangan susah Kak… kalo Mita sudah besar dan sudah bisa juga mau kok bantuin Kak Jossy kaya tadi pagi ” kata dia sambil mencium pipiku.
” Iya dech… sini Kak cium kamu ” kataku dan diapun pindah kehadapanku. Dia membungkuk sehingga ada kelihatan dadanya yang membusung… aduh…. gila… usaha harus jalan terus ni… gimana caranya masa bodo… harus dapet… aku udah pusing berat.
Dan Mitapun memelukku sambil membungkuk… aku cium pipinya, dagunya… belakang telinganya kadang aku gigit lembut telinganya… pokoknya semua daerah rangsangan… aku coba merangsangnya… ciuman kami lama juga sampe nafasnya terasa sekali di telingaku.
Tangaku mencoba meremas dadanya… diapun mundur… mo menghidar…
” Mit… gini dech… aku sentuh kamu saja… ngga’ ngapain kok… supaya aku lebih tenang nanti malem “
” Maaf Kak… tadi Mita kaget… Mita ngerti kok… Kak Joss gini juga gara-gara Mas Anton ” jawabnya penuh pengertian… atau dia udah kepancing ?
Diapun kembali… mendekat dan kuraih dadanya… aku remas…dan dia kembali menciumku… dari tadi tidak ada ciuman bibir hanya pipi dan telinga… saling berbalasan… sampe remasanku makin liar dan mencoba menyusup pada bajunya… melalui celah kancing atasnya.
Tangan Mita mulai turun dari dadaku ke meriamku… dan meremasnya dari luar…
” Aduh… enak sekali Mit… terusin ya… sampe keluar… biar aku ngga’ pusing nanti ” kataku nafsu menyambut kemajuannya.
Lama remasan kami berlangsung… sampe akhirnya Mita melorot dan berjongkok di depanku dan menyingkap pakaianku… dia mulai mo mencium meriamku… dengan mata redup penuh nafsu dia mulai mencium sayang pada meriamku.
” Masukin saja Mit… ” kataku.
Mitapun memasukkan meriamku dalam mulut mungilnya… sulit sekali tampaknya… dan penuh sekali kelihatan dari luar… dia mulai menghisap dan aku bilang jangan sampe kena gigi…
Tak perlu aku ceritakan proses isep-isepan itu… yang pasti saat aku ngga’ tahan lagi… aku tekan palanya supaya tetap nancep… dan aku keluarkan dalam mulut mungil Mita… terbelalak mata Mita kena semprot spermaku.
” Telen aja Mit… ngga’ papa kok ” kataku…
Diapun menelan spermaku… lalu dicabutnya dari mulut mungil itu… sisa spermaku yang meleleh di meriamku dan bibir mungilnya dilap pake tissue… dan dia lari ke kamar mandi…. sedang aku merapikan kembali pakaianku yang tersibak tadi.

Ada orang datang… kelihatan dari balik kaca jendela… ” Sorry Joss… aku baru bisa dateng sekarang… ngga’ dapet pesawat soalnya ” kata Bang Johnny yang datang bersama dengan kak Wenda dan Winny…
” Iya ini juga langsung dari airport ” kata Kak Wenda.
” Kamu kenapa si… ceritanya gimana kok bisa sampe kaya’ gini ? ” tanya Winny…
” Lha kalian tau aku di sini dari mana ? ” tanyaku bingung.
” Tadi malem kami telpon ke rumah ngga’ ada yang jawab sampe tadi pagi kami telpon terus masih kosong ” kata Kak Wenda.
” Aku telpon ke rumahnya Donna yang di Kertajaya kamu ngga’ di sana… aku telpon rumahnya yang di Grand Family juga kamu ngga’ ada, malah ketemu sammy di sana ” kata Winny.
” Sammy bilang mo bantu cari kamu… terus siang tadi Donna telpon katanya dia abis nelpon Dian dan katanya kamu dirawat di sini dan dia cerita panjang sampe kamu masuk rumah sakit ” kata Winny lagi.
Mereka tuh semua dari Jakarta karena ada saudara Kak Wenda yang menikah… dan rencananya pulangnya kemarin sore… pantes Kak Wenda telpon aku kemarin mungkin mo bilangin kalo pulangnya ditunda. Malah dapet berita kaya’ gini.
Mita keluar dari kamar mandi yang ada dalam kamarku itu kaget juga tau banyak orang ada di sana dan dia kaya’nya kikuk juga…
Setelah aku perkenalkan kalo ini Mita adiknya Dian dan kemudian Mita pamit mo jenguk kakaknya diruang lain.
Kamipun ngobrol seperginya Mita dari hadapan kami. Winny memandangku dengan sedih… mungkin kasihan tapi juga bisa dia cemburu sama Mita… ngapain ada dalam kamar mandi dan sebelumnya cuman berduaan aja sama aku di sini.

Selanjutnya tidak ada cerita menarik untuk diceritakan pada kalian semua… yang pasti mereka ngobrol sampe jam 5.20 karena minta perpanjangan waktu dan jam 5 tadi Mita datang lagi cuman pamit langsung pulang. Malamnya seperti biasa… kejadiannya sama seperti hari pertama… mandi sore diisep lagi… kali ini sustenya lain… dia suster Fatima yang sempet aku gigit toketnya tadi siang. Dan malemnya aku main lagi… dan tidur dengan suster Wiwik… suster Anna off hari itu… jadi waktu main cuman suster Wiwik, suster Ratih dan suster Dewi…

This entry was posted on March 22, 2008 at 10:42 am and is filed under Ngentot Dengan Suster Maniak. Tagged: ngntot, suster. You can follow any responses to this entry through the RSS 2.0 feed. You can leave a response, or trackback from your own site.
3 Responses to “Ngentot Sama Suster Maniak”
ezha chester Says:
August 10, 2008 at 8:58 am

wah itu si mitha orang mana yah…..

kalau bisa minta donk no HP’y…

atau hubungi aja no 02659196562

di tunggu loch
cuma buat mitha ama dian aja dech….

klo yang lain boleh asal cwe aja ok..
Michael Says:
September 25, 2008 at 7:27 am

Mita,xmx aku donk di 08988246457 ya,aku tunggu sayang.hehe
cowo smp! Says:
October 4, 2008 at 9:33 am

ett dah!
kren bgt!
wkwkwk…
Leave a Reply

Name (required)

Mail (will not be published) (required)

Website



Parade Gadis Cantik




Cerita Dewasa Terbaru
o Mbak Parmi
o Kenangan Cinta Pertama
o Hasrat pada pembantu rumah tangga yang tertahan
o Kenangan Cinta Pertama
o Jejak Petualang Mesum
Gadis Bugil

Arsip Cerita Dewasa

Categories

Tags
ABG abg smp birahi Black Mail bokep bugil cantik cerita bokep cerita dewasa cerita ngentot cerita Ngeseks cerita panas cerita seks cerita seru cinta Daun Muda dewasa gadis Gadis SMU hot imut istri Keraku Koihime kontol manis memek mesum ngentot Ngeseks panas perawan perjaka Pia Carrot sahabat seks Seks Bebas Setengah Baya sex sexy suster tante girang Teman toket vagina
Blogroll
o Adult Blog Directory
o Adult Blog Turtle
o Adult DVD
o cerita mesum
o Cerita Ngentot
o Porn Blog Catalog
o Porn Blog Rabbit
o Porn Blog World
o Pornblog Finder
o Quality Adult Blogs
o Sex Blog Pussy
o Sexblog Demon
o Twisted Blogs
Stats
o 4,278,883 visitors
Site Meter


Theme: Contempt by Vault9.
Blog at WordPress.com.
RATU BOKEP-DEWASA-MESUM-SEKS
Hentai Movies Review, Kumpulan Cerita Dewasa, Cerita Bokep, Cerita Mesum, Dan Cerita Seks
Home
Keraku No Oh
Kisah Kami - About Us

Mbak Suster

Seperti sebagian besar teman senasib, saat menjadi mahasiswa saya menjadi anak kost dengan segala suka dan dukanya. Mengenang masa-masa sekitar lima belas tahun lalu itu saya sering tertawa geli. Misalnya, karena jatah kiriman dari kampung terlambat, padahal perut keroncongan tak bisa diajak kompromi, saya terpaksa mencuri nasi lengkap dengan lauknya milik keluarga tempat saya kost. Masih banyak lagi kisah-kisah konyol yang saya alami. Namun sebenarnya ada satu kisah yang saya simpan rapat-rapat, karena bagi saya merupakan rahasia pribadi. Kisah rahasia yang sangat menyenangkan.

Keluarga tempat kost saya memiliki anak tunggal perempuan yang sudah menikah namun tetap tinggal di rumah orang tuanya. Mbak Sus, demikian kami anak-anak kost memanggil, berumur sekitar 35 tahun. Tidak begitu cantik tetapi memiliki tubuh bagus dan bersih. Menurut ibu kost, anaknya itu pernah melahirkan tetapi kemudian bayinya meninggal dunia. Jadi tak mengherankan kalau bentuk badannya masih menggiurkan. Kami berlima anak-anak kost yang tinggal di rumah bagian samping sering iseng-iseng memperbincangkan Mbak Sus. Perempuan yang kalau di rumah tak pernah memakai bra itu menjadi sasaran ngobrol miring.

“Kamu tahu nggak, kenapa Mbak Sus sampai sekarang nggak hamil-hamil?” tanya Robin yang kuliah di teknik sipil suatu saat.
“Aku tahu. Suaminya letoi. Nggak bisa ngacung” jawab Krus, anak teknik mesin dengan tangkas.
“Apanya yang nggak bisa ngacung?” tanya saya pura-pura tidak tahu.
“Bego! Ya penisnya dong”, kata Krus.
“Kok tahu kalau dia susah ngacung?” saya mengejar lagi.
“Lihat saja. Gayanya klemar-klemer kaya perempuan. Tahu nggak? Mbak Sus sering membentak-bentak suaminya?” tutur Krus.
“Kalian saja yang nggak tanggap. Dia sebenarnya kan mengundang salah satu, dua, atau tiga di antara kita, mungkin malah semua, untuk membantu”, kata Robin.
“Membantu? Apa maksudmu?” tanyaku tak paham ucapannya.
Robin tertawa sebelum berkata, “Ya membantu dia agar segera hamil. Dia mengundang secara tidak langsung. Lihat saja, dia sering memamerkan payudaranya kepada kita dengan mengenakan kaus ketat. Kemudian setiap usai mandi dengan hanya melilitkan handuk di badannya lalu-lalang di depan kita”
“Ah kamu saja yang GR. Mungkin Mbak Sus nggak bermaksud begitu”, sergah Heri yang sejak tadi diam.
“Nggak percaya ya? Ayo siapa yang berani masuk kamarnya saat suaminya dinas malam, aku jamin dia tak akan menolak. Pasti”

Diam-diam ucapan Robin itu mengganggu pikiranku. Benarkah apa yang dia katakan tentang Mbak Sus? Benarkah perempuan itu sengaja mengundang birahi kami agar ada yang masuk perangkapnya?

Selama setahun kost diam-diam aku memang suka menikmati pemandangan yang tanpa kusadari sering membuat penisku tegak berdiri. Terutama payudaranya yang seperti sengaja dipamerkan dengan lebih banyak berkaus sehingga putingnya yang kehitam-hitaman tampak menonjol. Selain payudaranya yang kuperkirakan berukuran 36, pinggulnya yang besar sering membuatku terangsang. Ah betapa menyenangkan dan menggairahkan kalau saja aku bisa memasukkan penisku ke selangkangannya sambil meremas-remas payudaranya.

Setelah perbincangan iseng itu aku menjadi lebih memperhatikan gerak-gerik Mbak Sus. Bahkan aku kini sengaja lebih sering mengobrol dengan dia. Kulihat perempuan itu tenang-tenang saja meski mengetahui aku sering mencuri pandang ke arah dadanya sambil menelan air liur.

Suatu waktu, ketika berjalan berpapasan, tanganku tanpa sengaja menyentuh pinggulnya.
“Wah… maaf, Mbak. Nggak sengaja…” kataku sambil tersipu malu.
“Sengaja juga nggak apa-apa kok dik”, jawabnya sambil mengerlingkan matanya.
Dari situ aku mulai menyimpulkan apa yang dikatakan Robin mendekati kebenaran. Mbak Sus memang berusaha memancing, mungkin tak puas dengan kehidupan seksual bersama suaminya.

Makin lama aku bertambah berani. Beberapa kali aku sengaja menyenggol pinggulnya. Eh dia cuma tersenyum-senyum. Aksi nakal pun kutingkatkan. Bukan menyenggol lagi tetapi meremas. Sialan, reaksinya sama saja. Tak salah kalau aku mulai berangan-angan suatu saat ingin menyetubuhi dia. Peluang itu sebenarnya cukup banyak. Seminggu tiga kali suaminya dinas malam. Dia sendiri telah memberikan tanda-tanda welcome. Cuma aku masih takut. Siapa tahu dia punya kelainan, yakni suka memamerkan perangkat tubuhnya yang indah tanpa ada niat lain. Namun birahiku rasanya tak tertahankan lagi. Setiap malam yang ada dalam bayanganku adalah menyusup diam-diam ke kamarnya, menciumi dan menjilati seluruh tubuhnya, meremas payudara dan pinggulnya, kemudian melesakkan penis ke vaginanya.

Suatu hari ketika di rumah sepi. Empat temanku masuk kuliah atau punya kegiatan keluar, bapak dan ibu kostku menghadiri pesta pernikahan kerabatnya di luar kota, sedangkan suami Mbak Sus ke kantor. Aku mengobrol dengan dia di ruang tamu sambil menonton televisi. Semula perbincangan hanya soal-soal umum dan biasa. Entah mendapat dorongan dari mana kemudian aku mulai ngomong agak menyerempet-nyerempet.

“Saya sebenarnya sangat mengagumi Mbak Sus lho”, kataku.
“Kamu ini ada-ada saja. Memangnya aku ini bintang sinetron atau model ?”.
“Sungguh kok. Tahu nggak apa yang kukagumi pada Mbak?”
“Coba apa…”.
“Itu…”.
“Mana?”.
Tanpa ragu-ragu lagi aku menyentuhkan telunjukku ke payudaranya yang seperti biasa hanya dibungkus kaus.
“Ah… kamu ini”.

Reaksinya makin membuatku berani. Aku mendekat. Mencium pipinya dari belakang kursi tempat duduknya. Mbak Sus diam. Lalu ganti kucium lehernya yang putih. Dia menggelinjang kegelian, tetapi tak berusaha menolak. Wah, kesempatan nih. Kini sambil menciumi lehernya tanganku bergerilya di bagian dadanya. Dia berusaha menepis tanganku yang ngawur, tetapi aku tak mau kalah. Remasanku terus kulanjutkan.

“Dik… malu ah dilihat orang”, katanya pelan. Tepisannya melemah.
“Kalau begitu kita ke kamar?”
“Kamu ini nakal yaa”, ujarnya tanpa berusaha lagi menghentikan serbuan tangan dan bibirku.
“Mbak…”.
“Hmm…”.
“Bolehkah mm…, bolehkah kalau saya…”.
“Apa hh…”
“Bolehkah saya memegang susu Mbak ?”.
“Hmm…”, Dia mendesah ketika kujilat telinganya.
Tanpa menunggu jawabannya tanganku langsung menelusup ke balik kausnya. Merasakan betapa empuknya daging yang membukit itu. Kuremas dua payudaranya dari belakang dengan kedua tanganku. Desahannya makin kuat. Lalu kepalanya disandarkan ke dadaku. Aduh mak, berarti dia oke. Tanganku makin bersemangat. Kini kedua putingnya ganti kupermainkan.

“Dik, tutup pintunya dulu dong”, bisiknya dengan suara agak bergetar, mungkin menahan birahinya yang juga mulai naik. Tanpa disuruh dua kali secepat kilat aku segera menutup pintu depan. Tentu agar keadaan aman dan terkendali. Setelah itu aku kembali ke Mbak Sus. Kini aku jongkok di depannya. Menyibak rok bawahnya dan merenggangkan kedua kakinya. Wuih, betapa mulus kedua pahanya. Pangkalnya tampak menggunduk dibungkus celana dalam warna krem. Sambil menciumi pahanya tanganku menelusup di pangkal pahanya, meremas-remas vagina dan klitorisnya yang juga besar. Lidahku makin naik ke atas. Mbak Sus menggelinjang kegelian sambil mendesah halus. Akhirnya jilatanku sampai di pangkal pahanya.

“Mau apa kau sshh… sshh”, tanyanya lirih sambil memegangi kapalaku erat-erat.
“Mbak belum pernah dioral ya ?”.
“Apa itu ?”.
“Vagina Mbak akan kujilati”.
“Lo itu kan tempat kotor …”.
“Siapa bilang ?”.
“Ooo… oh.. oh …”, desis Mbak Sus keenakan ketika lidahku mulai bermain-main di gundukan vaginanya. Tampak dia keenakan meski masih dibatasi celana dalam.

Serangan pun kutingkatkan. Celananya kepelorotkan. Sekarang perangkat rahasia miliknya berada di depan mataku. Kemerahan dengan klitoris yang besar sesuai dengan dugaanku. Di sekelilingnya ditumbuhi rambut tak begitu lebat. Lidahku kemudian bermain di bibir vaginanya. Pelan-pelan mulai masuk ke dalam dengan gerakan-gerakan melingkar yang membuat Mbak Sus kian keenakan, sampai harus mengangkat-angkat pinggulnya.
“Aahh… Kau pintar sekali. Belajar dari mana hh…”.
“mm film biru dan bacaan porno kan banyak mm…”, jawabku.

Tiba-tiba, tok.. tok.. tok. Pintu depan ada yang mengetuk. Wah berabe nih. Aksi liarku pun terhenti mendadak.
“Sst ada tamu Mbak”, bisikku.
“Cepat kau sembunyi ke dalam”, kata Mbak Sus sambil membenahi pakaiannya yang agak berantakan. Aku segera masuk ke dalam kamar Mbak Sus. Untung kaca jendela depan yang lebar-lebar rayban semua, sehingga dari luar tak melihat ke dalam. Sampai di kamar berbau harum itu aku duduk di tepi ranjang. Penisku tegak mendesak celana pendekku yang kukenakan. Sialan, baru asyik ada yang mengganggu. Kudengar suara pintu dibuka. Mbak Sus bicara beberapa patah kata dengan seorang tamu bersuara laki-laki. Tidak sampai dua menit Mbak Sus menyusul masuk kamar setelah menutup pintu depan.

“Siapa Mbak ?”.
“Tukang koran menagih rekening”.
“Wah mengganggu saja itu orang. Baru nikmat-nikmat…”.
“Sudahlah”, katanya sambil mendekati aku.
Tanpa sungkan-sungkan Mbak Sus mencium bibirku. Lalu tangannya menyentuh celanaku yang menonjol akibat penisku yang ereksi maksimal, meremas-remasnya beberapa saat. Betapa lembut ciumannya, meski masih polos. Aku segera menjulurkan lidahku, memainkan di rongga mulutnya. Lidahnya kubelit sampai dia seperti hendak tersedak. Semula Mbak Sus seperti akan memberontak dan melepaskan diri, tapi tak kubiarkan. Mulutku seperti melekat di mulutnya.

Lama-lama dia akhirnya dia bisa menikmati dan mulai menirukan gaya permainan ciuman yang secara tak sadar baru saja kuajarkan.
“Uh kamu pengalaman sekali ya. Sama siapa ? Pacarmu ?”, tanyanya di antara kecipak ciuman yang membara dan mulai liar. Aku tak menjawab. Tanganku mulai mempermainkan kedua payudaranya yang tampak menggairahkan itu. Biar tak merepotkan, kausnya kulepas. Kini dia telanjang dada. Tak puas, segera kupelorotkan rok bawahnya. Nah kini dia telanjang bulat. Betapa bagus tubuhnya. Padat, kencang, dan putih mulus.

“Nggak adil. Kamu juga harus telanjang dong”, Mbak Sus pun melucuti kaus, celana pendek, dan terakhir celana dalamku. Penisku yang tegak penuh segera diremas-remasnya. Tanpa dikomando kami rebah ke ranjang, berguling-guling, saling menindih.
“Mbak mau saya oral lagi?” tanyaku.
Mbak Sus hanya tersenyum. Aku menunduk ke selangkangannya mencari-cari pangkal kenikmatan miliknya. Tanpa ampun lagi mulut dan lidahku menyerang daerah itu dengan liar. Mbak Sus mulai mengeluarkan jeritan-jeritan tertahan menahan nikmat. Kelihatan dia menemukan pengalaman baru yang membius gairahnya. Hampir lima menit kami menikmati permainan itu. Selanjutnya aku merangkak naik. Menyorongkan penisku ke mulutnya.
“Gantian dong, Mbak”.
“Apa muat segede itu….”.
Tanpa menunggu jawabannya segera kumasukkan penisku ke mulutnya yang mungil. Semula agak kesulitan, tetapi lama-lama dia bisa menyesuaikan diri sehingga tak lama penisku masuk rongga mulutnya. Melihat Mbak Sus agak tersiksa oleh gaya permainan baru itu, aku pun segera mencabut penisku. Pikirku, nanti lama-lama pasti bisa.

“Sorry ya Mbak”.
“Ah kau ini mainnya aneh-aneh”.
“Justru di situ nikmatnya, Mbak … Selama ini Mbak sama suami main seksnya gimana ?”, tanyaku sambil menciumi payudaranya.
“Ah malu. Kami main biasa saja kok”.
“Langsung tusuk begitu maksudnya …?”.
“Nakal kau ini”, katanya sambil tangannya mengelus-elus penisku yang masih tetap tegak berdiri.
“Suami Mbak mainnya lama nggak ?”.
“Ah …”. dia tersipu-sipu. Mungkin malu untuk mengungkapkan.
“Pasti Mbak tak pernah puas ya ?”.
Mbak Sus tak menjawab. Dia malah menciumi bibirku dengan penuh gairah. Tanganku pun ganti-berganti memainkan kedua payudaranya yang kenyal atau selangkangannya yang mulai berair. Aku tahu, perempuan itu sudah kepengin disetubuhi. Namun aku sengaja membiarkan dia menjadi penasaran sendiri.

Tetapi lama-lama aku tak tahan juga. Penisku pun sudah ingin segera menggenjot vaginanya. Pelan-pelan aku mengarahkan barangku yang kaku dan keras itu ke arah selangkangannya. Ketika mulai menembus vaginanya, kurasakan tubuh Mbak Sus agak gemetar.
“Ohh …”, desahnya ketika sedikit demi sedikit batang penisku masuk vaginanya.
Setelah seluruh barangku masuk, aku segera bergoyang naik turun di atas tubuhnya. Aku makin terangsang oleh jeritan-jeritan kecil, lenguhan, dan kedua payudaranya yang ikut bergoyang-goyang.

Tiga menit setelah kugenjot, Mbak Sus mulai menjepitkan kedua kakinya ke pinggangku. Pinggulnya dinaikkan. Tampaknya dia akan orgasme. Genjotan penisku kutingkatkan.
“Ooo… ahh… hmm… ssshh…”, desahnya dengan tubuh menggelinjang menahan kenikmatan puncak yang diperolehnya.
Kubiarkan dia menikmati orgasmenya beberapa saat. Kuciumi pipi, dahi, dan seluruh wajahnya yang berkeringat.
“Enak Mbak ?”, tanyaku.
“Emmhh …”.
“Puas Mbak ?”.
“Ahh …”, desahnya.
“Sekarang Mbak berbalik. Menungging”.
Aku mengatur badannya dan Mbak Sus menurut. Dia kini bertumpu pada siku dan kakinya.
“Gaya apa lagi ini ?”, tanyanya.
“Ini gaya doggy. Senggama lewat belakang. Pasti Mbak belum pernah”.

Setelah siap aku pun mulai menggenjot dan menggoyang dari belakang. Mbak Sus kembali menjerit dan mendesah merasakan kenikmatan tiada tara yang mungkin selama ini belum pernah dia dapatkan dari suaminya. Setelah dia orgasme sampai dua kali, kami istirahat.
“Capek ?”, tanyaku.
“Kamu ini aneh-aneh saja. Sampai mau remuk tulang-tulangku”.
“Tapi kan nikmat Mbak”, jawabku sambil kembali meremas payudaranya yang menggemaskan.
“Kita lanjutkan nanti malam saja ya”.
“Ya deh kalau capek. Tapi tolong sekali lagi, aku pengin masuk agar spermaku keluar. Nih sudah nggak tahan lagi penisku. Sekarang Mbak yang di atas”, kataku sambil mengatur posisinya.

Aku terletang dan dia menduduki pinggangku. Tangannya kubimbing agar memegang penisku masuk ke selangkangannya. Setelah masuk tubuhnya kunaik-turunkan seirama genjotanku dari bawah. Mbak Sus tersentak-sentak mengikuti irama goyanganku yang makin lama kian cepat. Payudaranya ikut bergoyang-goyang menambah gairah nafsuku. Apalagi ditingkah lenguhan dan jeritannya menjelang sampai puncak. Ketika dia mencapai orgasme aku belum apa-apa. Posisinya segera kuubah ke gaya konvensional. Mbak Sus kurebahkan dan aku menembaknya dari atas. Mendekati klimaks aku meningkatkan frekuensi dan kecepatan genjotan penisku.
“Oh Mbak… aku mau keluar nih ahh …”.
Tak lama kemudian spermaku muncrat di dalam vaginanya. Mbak Sus kemudian menyusul mencapai klimaks. Kami berpelukan erat. Kurasakan vaginanya begitu hangat menjepit penisku. Lima menit lebih kami dalam posisi relaksasi seperti itu.

“Vaginamu masik nikmat Mbak”, bisikku sambil mencium bibir mungilnya.
“Penismu juga nikmat, Dik”.
“Nanti kita main dengan macam-macam gaya lagi ya”.
“Ah Mbak memang kalah pintar dibanding kamu”.
Kami berpelukan, berciuman, dan saling meremas lagi. Seperti tak puas-puas merasakan kenikmatan beruntun yang baru saja kami rasakan.

“Mbak kalau pengin bilang aja ya”.
“Kamu juga. Kalau ingin ya langsung masuk ke kamar Mbak. Tetapi sst… kalau pas aman lho”.
“Mbak mau nggak main ramai-ramai ?”.
“Maksudmu gimana ?”.
“Ya misalnya aku mengajak salah satu teman dan kita main bertiga. Dua lawan satu. Soalnya Mbak tak cukup kalau cuma dilayani satu cowok.”
“Ah kamu ini ada-ada saja. Malu ah…”.
“Tapi mau mencoba kan ?”.
Mbak Sus tidak menjawab. Dia malah kemudian menciumi dan menggumuli aku habis-habisan. Ya aku terangsang lagi jadinya. Ya penisku tegak lagi. Ya akhirnya aku mesti menggenjot dan menembaknya sampai dia orgasme beberapa kali. Ah Mbak Sus, Mbak Sus.

This entry was posted on March 26, 2008 at 4:09 am and is filed under Mbak Suster. Tagged: ngentot, suster. You can follow any responses to this entry through the RSS 2.0 feed. You can leave a response, or trackback from your own site.
6 Responses to “Mbak Suster”
jojo Says:
June 11, 2008 at 4:28 pm

cerita nye lumayan seru ne….

mo tukeran gk ?

gw ama mba sus , lu ma cw gw,,,,,

gimana ??
ChandS Says:
August 20, 2008 at 5:56 am

Cwek Loe ama gw ja . ,
ChandS Says:
August 20, 2008 at 5:56 am

Cwek Loe ama gw ja . , ,
Supree Says:
October 2, 2008 at 10:56 pm

Ah Parah Lo emangnya lo ngg tega cewe lo ~di umbar² mending bwat qwe az dua2 nya cew u ma mba sus …

Cew Lo siaanG

Mba sus Malem

ghe²
Super Ganteng Says:
November 2, 2008 at 8:35 am

parah lo semua dah tau tuh suster mendingan bwt gw aja kale
A-Es-De Says:
November 27, 2008 at 10:34 am

pengeeeen!!!..

sapa mw ma gw!
Leave a Reply

Name (required)

Mail (will not be published) (required)

Website



Parade Gadis Cantik




Cerita Dewasa Terbaru
o Mbak Parmi
o Kenangan Cinta Pertama
o Hasrat pada pembantu rumah tangga yang tertahan
o Kenangan Cinta Pertama
o Jejak Petualang Mesum
Gadis Bugil

Arsip Cerita Dewasa

Categories

Tags
ABG abg smp birahi Black Mail bokep bugil cantik cerita bokep cerita dewasa cerita ngentot cerita Ngeseks cerita panas cerita seks cerita seru cinta Daun Muda dewasa gadis Gadis SMU hot imut istri Keraku Koihime kontol manis memek mesum ngentot Ngeseks panas perawan perjaka Pia Carrot sahabat seks Seks Bebas Setengah Baya sex sexy suster tante girang Teman toket vagina
Blogroll
o Adult Blog Directory
o Adult Blog Turtle
o Adult DVD
o cerita mesum
o Cerita Ngentot
o Porn Blog Catalog
o Porn Blog Rabbit
o Porn Blog World
o Pornblog Finder
o Quality Adult Blogs
o Sex Blog Pussy
o Sexblog Demon
o Twisted Blogs
Stats
o 4,278,838 visitors
Site Meter


Theme: Contempt by Vault9.
Blog at WordPress.com.
Find the Hottest Singles, Wildest Couples and Sexiest Groups in Find Men - Find Women
17tahun Cerita Seru
Koleksi Cerita Seru Dewasa 17tahun Keatas
Home Daily Pictures Seks Tips Video Klip Porno

« Akibat Berenang Bugil | Home | Mimin »
Pernikahan Putriku

By sebastian | January 24, 2008

Ketika aku mendekati pintu, suara-suara yang gugup semakin terdengar lebih jelas. Mantan istriku, Wati, yang kuceraikan delapan tahun yang lalu sedang memberikan perintah-perintahnya pada seseorang. Aku mendengar suara tawa yang renyah dari putri bungsuku, Erna yang berusia sembilan belas tahun, dan protes dari kakaknya, Endang, sang pengantin wanita.

Dalam usianya yang ke-duapuluhsatu tahun, muda dan keras kepala, saat menceritakan padaku kalau dia akan menikah, aku terdiam merasa kecewa dan terguncang, tapi aku menyembunyikannya dengan mendoakannya keberuntungan yang terbaik dan sebuah kehidupan yang selalu bahagia. Suara yang lain tidak aku kenal dan kutebak kalau itu adalah suara para pengiring pengantin, gugup dalam kebahagiaan mereka untuk yang lain, barangkali menantikan hari mereka sendiri.

Kurapikan dasi kupu-kupuku dengan bercermin di gang, aku melihat bayangan diriku dalam cermin, mengerutkan dahi merasa tak nyaman memakai pakaian resmi yang membatasi ini. Kuperhatikan diriku, rambutku masih terlihat hitam dan bersyukur karena kulihat bahwa sama sekali belum ada uban di usia empat puluh satu tahun ini. Wajahku terlihat keras karena tahun-tahun travellingku dan sering keluar masuk di lingkungan yang keras yang notabene penuh asap dan alkohol. Dan ketika aku mempelajari mata lelaki dalam cermin ini, aku mendapatkan gambaran akan kehidupan yang menghantarku hingga di sini. Aku jumpa Wati istriku saat kami berdua masih terlalu muda untuk membedakan mana yang baik, dan dia meyakinkanku si pemain gitar ini bahwa kami berdua akan bisa menaklukkan kerasnya dunia.

Dia adalah lulusan sebuah perguruan tinggi dengan pekerjaan tetap dan aku adalah seorang lelaki yang pergi bertualang dari kota satu ke kota lainnya berkeliling negeri ini. Anak-anak gadis kami lahir di awal perkawinan, yang membuat kami masih bertahan bersama sekitar lima tahun lamanya hingga akhirnya kami berdua menyadari bahwa hubungan ini sudah tak dapat dipertahankan lagi. Dia bertemu dengan seorang pria lain yang mempunyai sebuah kehidupan yang stabil, yang menurutnya akan lebih baik untuk kehidupan kedua putri kami.

Perceraian datang dan terjadi seperti perkiraan kami dan aku masih menetap di dekat mereka selama beberapa tahun sampai memperoleh sebuah lompatan besar sebagai pemusik studio di ibu kota. Sejak saat itu, aku mencoba yang terbaik agar tetap bisa berhubungan melalui telepon, lewat kiriman foto, dan tour keliling yang sekali-kali singgah di dekat situ. Dan saat aku menatap dalam kaca, aku melihat sebuah penyesalan yang terpancar ke luar.

“Ayah, apa yang Ayah lakukan?”
Aku kembali pada kesadaranku oleh suara putriku, Erna. Dia terlihat cantik bahkan di saat memakai baju pengiring pengantinnya yang menggelikan itu. Kulitnya yang kuning langsat dan rambutnya yang hitam pekat terlihat kontras dibandingkan dengan warna metalik dari pakaian itu. Dia tersenyum dalam kecantikannya yang lugu dan menatapku dengan bingung.
“Hanya mengenang masa lalu,” kataku.
“Saat seperti ini membuat kamu berpikir kalau kamu telah membuat keputusan yang salah. Bagaimana itu mempengaruhi hidup orang lain.” Dia menghiburku dengan pelukan dan mengusap bahu dan punggung lenganku.
“Ayah lakukan apa yang harus Ayah lakukan,” dia berkata.
“Aku tidak memusuhi Ayah. Aku akan melakukan hal yang sama bila berada dalam posisi tersebut. Aku akan lebih memilih pengalaman hidup dari pada mengambil keputusan seperti yang diambil Ibu.”
Pijatannya yang lembut menenangkan keteganganku, dan saat aku telah menjadi lebih santai aku sadari betapa aku menikmati dadanya yang menekan tubuhku. Dengan tinggiku yang sekitar dua belas centimeter lebih tinggi daripada Erna, aku menggerakkan tanganku dari punggungnya yang kecil naik ke bahunya yang telanjang dan menekannya agar merapat padaku. Dia membalas memelukku erat dan tersenyum dengan tidak berdosa. Kutundukkan kepalaku, dan memberinya sebuah ciuman ringan di atas dahinya, tetapi dia malah berjinjit pada jari kakinya dan dengan cepat menemukan bibirku.

“O-o.., sebaiknya Ibu tidak melihat. Dia mungkin akan cemburu. Atau Endang, mungkin.” dia tertawa genit. Aku tersenyum pada kelakarnya dan ketika dia berjalan sepanjang aula, aku tidak bisa mempercayai reaksinya pada perlakuanku yang dengan pelan memukul pantatnya.
“Mungkin nanti, Ayah bisa mencobanya saat aku tidak memakai pakaian gembung ini.”

Gaunnya turun hingga ke bawah lututnya dan itu terlihat indah, kaki-kaki itu laksana sebuah magnet yang membuat mataku lengket selalu menatapnya saat menggerakkan keindahan ini, saat wanita muda itu melenggang pergi. Aku membayangkan pantat yang manis dan kencang yang dia miliki. Aku juga membayangkan seperti apa rasanya pantat itu di dalam tanganku ketika dia menungganginya naik turun pada penisku, meneriakkan dengan histeris, “Setubuhi aku, Ayah. Setubuhi putri kecilmu. Masukkan penismu dalam vagina panas putrimu.” Saat kepergok sedang memandangi dan mengkhayalkannya, aku melihat ke arah putriku yang menengok ke belakang. Dia tersenyum dan menggelengkan kepalanya saat dia berbelok di ujung gang itu.

Kembali ke kenyataan, aku akan mengetuk pada pintu di mana pengantin wanita sedang bersiap-siap ketika mantan istriku Wati membuka pintu itu dan keluar.
“Rudi, kita harus bicara.” dia berkata dalam sebuah nada yang memperingatkan. Aku bergeser dari pintu untuk memberinya ruang.
“Endang ingin agar Anton yang berjalan di sepanjang karpet itu. Sekarang, kamu benar-benar tidak punya alasan untuk mengganggunya.”
“Aku tidak peduli,” aku menjawab deklarasinya. Aku merasa terluka, tapi rasa bersalahku akan kehidupanku berkata bahwa ini adalah konsekwensi dari keputusan hidupku yang lain.
“Aku harap aku bisa bicara dengannya sebelum upacara,” kulirik arlojiku. Masih ada waktu satu jam.
“Aku ingin meluruskan beberapa hal. Ingin mendoakan keberuntungannya. Hal-hal seperti itulah.”
“Itu bukan ide yang baik,” kata Wati.
“Dia sedang bingung dengan siapa dia akan berjalan di karpet itu nanti. Dia terlalu emosional dan gelisah sekarang. Aku bilang padanya bahwa dia sudah membuat keputusan yang benar dan kamu akan memahami itu.”

Aku tidak ingin membuat masalah, dan aku bisa lihat aku tidak akan berusaha melewati sang penjaga pintu, maka kuanggukkan kepalaku dan berbalik. Aku berjalan ke dalam ruangan di mana sang pendeta sedang bersiap-siap dan berbicara dengannya untuk beberapa menit sebelum dia pergi untuk meyakinkan para pelayan altar agar tahu apa yang harus mereka lakukan. Dia berkata bahwa aku boleh tetap berada di sini jika aku ingin, kuambil tawarannya dan duduk pada sofa kulitnya menghadap jendela dan melihat orang-orang yang memakai setelan jas resmi dan gaun pesta ke dalam gereja. Pintu terbuka dan menutup di belakangku. Mengira kalau yang masuk adalah sang pendeta, aku berdiri dan bertanya..

“Apa pekerjaan mereka beres?”
“Beres?” tanya Erna.
“Ah. Aku pikir kamu si pendeta.” dia tertawa.
Erna menggantikan tempatku di sofa ketika aku berjalan di sekitar jendela dengan membayangkan hubungan seks sedarah kami. Kakinya bertumpu pada meja kopi di depan sofa menekuk lututnya saat dia mengayunkannya maju mundur, membuka dan menutup. Gaunnya yang mulai tersingkap ke atas pahanya yang memperlihatkan lebih banyak bagian dari paha dalamnya. Gaunnya tersingkap hingga di atas lututnya, suaranya menggesek maju mundur menyelimuti detak jantungku yang terus meningkat. Aku berjalan semakin dekat untuk senyuman lezat yang ingin kucicipi itu tetapi sadar kalau aku tidak bisa melakukannya.

Putriku yang berumur sembilan belas tahun itu sedang menggodaku. Aku sering melihat ‘groupies’ untuk mengetahui tentang apa arti dari godaan, tetapi groupies lebih blak-blakan. Semua orang tahu apa yang mereka inginkan. Ada sesuatu yang disembunyikan di sini, kami berdua tahu apa yang akan terjadi. Aku yakin kami berdua bukanlah orang ’suci’. Tapi godaan ini tak akan berakibat apa pun. Tidak ada apa pun yang bisa. Itu salah. Kami tidak bisa membiarkan sesuatu itu terjadi. Sesuatu yang bersifat seksual.

Dia membuka kakinya lebih lebar, seperti sebuah undangan agar datang menikmatinya. Gaunnya bergerak lebih tinggi dan aku menangkap sebuah pandangan sekilas dari sabuk stocking yang membungkus di sekitar paha indahnya. Erna menurunkan kakinya ke lantai dan aku takut kalau aku akan menerkamnya, aku telah berbuat keterlaluan dengan nafsu pada keindahan pahanya. Paha yang aku inginkan untuk melingkari tubuhku, yang kutelusuri dengan tanganku. Tetapi dia masih tersenyum saat aku memandangnya, memainkan pikiranku. Dia ingin agar aku duduk pada meja di depannya dan aku melakukannya, tidak ingin mengecewakan wanita muda ini.

“Tetaplah di sini,” dia berkata.

Aku mematuhi dan menutup wajahku dengan tangan, berusaha meredakan pikiranku yang penuh gairah. Aku ingin kehangatan dari seorang wanita, dan aku ingin merasakan kehangatan itu pada penisku. Aku ingin dadanya di tanganku, pahanya bergesekan dengan milikku. Aku menginginkan perhatian dan cintanya. Itu salah, atau kira-kira itulah yang mereka katakan, untuk bernafsu pada wanita yang aku inginkan. Tetapi melihatnya mengayunkan paha, menggesekkan ke depan dan ke belakang, membayangkan itu adalah vaginanya yang menggesek, menelan penisku, merintih dengan penuh gairah ketika aku memompa keluar masuk tubuhnya, aku telah sampai di garis tepi itu.

Tanganku menutupi wajahku, pikiranku menjadi liar. Aku mendengar suara pintu di seberang ruangan ditutup di belakangku yang diikuti oleh suara mengunci pintu itu. Sepertinya ada dua orang di sana. Aku mengintip dari tanganku dan melihat seorang pengantin wanita yang paling cantik dalam hidupku. Tingginya yang sama dengan adiknya, dia mempunyai sebuah wajah yang sama cantiknya dan bentuk tubuh sempurna yang tak berbeda. Jika rambutnya tidak lebih panjang, pasti akan sulit untuk membedakan mereka. Aku berdiri, penisku masih keras tapi tersembunyi oleh pakaian resmi yang kupakai. Malu dengan pemikiranku akan Erna, aku mendekati Endang yang mengenakan gaun pengantin anggun, menggairahkan.

“Sayang, kamu cantik sekali,” kataku.

Paha Endang yang terlihat menyembul dari balik gaun putihnya hampir membuatku meledak di dalam celana dalamku. Jasku sedang dibuka oleh seseorang di belakangku. Aku menoleh dan menemukan Erna. Keinginan yang penuh gairah kembali lagi. Endang tersenyum pada Erna dan melihat mata Endang, aku tahu putri bungsuku pasti tersenyum juga. Aku mulai untuk mencoba katakan sesuatu, tapi Endang memotong..

“Ayah,” dia berkata.
“Ayah yang manis, lembut..”, katanya lagi.

Dia bergerak semakin dekat kepadaku seiring kurasa tangan Erna mengelus lenganku kemudian menyeberang ke dadaku. Aku pikir aku sedang bermimpi dan aku ingin terbangun agar aku bisa segera melakukan masturbasi dan mengeluarkan bayangan ini dari pikiranku. Tapi ini bukan sebuah mimpi.

“Aku tahu Ayah merasa bahwa sepertinya Ayah sudah menelantarkan kami. Tapi, kami tahu bahwa Ayah sudah mencoba yang terbaik. Kami tahu bahwa Ibu saja yang sulit menerimanya.”
“Kami mencintai Ayah. Waktu yang pernah kita lewati bersama sangat berharga.” Erna menambahkan ketika dia tetap membelai dadaku, kemudian dia dengan lembutnya mencium leherku. Nafasnya yang halus menggetarkan tubuhku.
“Sebenarnya, kami sangat menginginkan Ayah,” kata Endang saat dia telah dengan sepenuhnya merapat.
“Ini adalah khayalanku,” katanya sebelum dengan singkat mencicipi bibirku.

Tanganku bergerak ke bawah gaun pengantinnya, meluncur di atas kedua pahanya. Dagingnya yang halus tidak mengenakan stocking. Saat tangan kiriku mencapai kelembabannya, rambut kemaluannya, aku tahu dia ingin disetubuhi. Penisku semakin keras saat lidah bernafsu Endang menjadi lebih agresif dan mengatakan padaku bahwa penis Ayahnya inilah yang dia inginkan di dalam vaginanya.

“Katakan pada Ayah betapa kamu sangat menginginkan dia, Endang.”

Erna sudah pindah dari belakangku ke belakang Endang. Saat aku sedang mengelus paha Endang dengan satu tangan dan menggoda bibir vaginanya dengan jari dari tangan yang lainnya, Erna sedang mengelus dada kakaknya dan mencium lehernya dan memegangi telinganya. Kemudian aku merasa tangan Erna bergabung dengan tanganku dalam merasakan vagina kakaknya yang basah.

“Ohh, ya, Ayah,” erang Endang lirih. Celana dalamku terlepas dan putriku mendapatkan penisku di dalam genggaman tangannya. Dia menyeka beberapa precum dengan jarinya dan menghisapnya ke dalam mulutnya sebelum menarikku kembali dalam sebuah ciuman.
“Aku ingin Ayah menyetubuhiku, Ayah. Setubuhi gadis kecilmu yang nakal ini.”

Vagina Endang yang panas adalah hal terbaik yang pernah dirasakan jariku, dan saat dia menjauh, mereka dibuatnya sedih. Tetapi dia lalu duduk di atas sofa, lutut ditekuk dan kaki mengangkang terbuka, seperti yang dilakukan Erna sebelumnya. Dia menyingkap gaunnya hingga dapat kulihat gundukan dagingnya yang menggairahkan di bawah gaun pengantinnya. Erna memanfaatkan kesempatan yang ditinggalkan kakaknya untuk berlutut dan mengambil penis kerasku ke dalam mulut mudanya. Aku membungkukkan kepalaku dan membelai rambutnya saat dia menghisap batang tebalku. Melalui mataku yang hampir terpejam, aku bisa melihat Endang yang memainkan kelentitnya, menjilat sari buahnya.

Endang tidak bisa membendungnya lagi, dan tak pasti berapa lama hisapan adiknya yang sempurna ini sanggup kuhadapi, sebab dia perintahkan padaku agar datang padanya.

“Kemarilah dan setubuhi aku, Ayah. Aku ingin penis besar Ayah di dalam vagina panasku sekarang. Aku ingin kita keluar bersama.”

Erna mendengar rintihan kakaknya dan melepaskanku dari genggamannya, mendekat ke Endang. Kedua putriku mulai saling mencium, Erna memberi kakak kandungnya sebuah rasa dari apa yang akan segera dialami vaginanya. Aku bergerak di antara paha Endang, meluncurkan tanganku pada daging yang paling berharga yang kutahu, putriku.

“Ohh, Sayang. Kamu sangat indah. Ayah tidak bisa mencegahnya. Penisku terasa sakit karena kamu.” Aku mengagumi kecantikan dan keindahannya dan mendekatkan wajahku pada vagina basahnya. Sari buahnya sangat merangsang dan lidahku melingkari bibirnya, mengambil cintanya di dalamnya.
“Ohh, Ayah,” desahnya saat aku menyisipkan lidahku sedalam-dalamnya, kemudian menarik keluar dan mencicipi daging yang melingkupi kelentitnya.
“Aku sangat ingin Ayah menyetubuhiku.”

Penisku tidak bisa kutahan lagi. Aku harus merasakan kehangatan putriku pada penisku. Aku bangkit dengan perasaan yang sangat bersemangat mendapatkan seorang wanita muda yang dengan sepenuhnya mengharapkanmu dalam hidupnya dan melihat Erna yang sedang menghisap puting susu kakaknya. Kupegang penisku mengarah ke daging basah Endang yang membuka, merasakan darahku terpompa di bawah jariku. Pelan-pelan kuselipkan dalam sebuah dorongan pendek, kehangatannya terasa berlimpah saat aku mempertimbangkan konsekwensi tindakan terlarang ini. Aku menginginkan wanita muda ini, putri kandungku sendiri.

Endang melingkarkan kakinya di punggungku, seolah-olah merasakan keraguanku, dan menarikku dengan penuh ke dalamnya.

“Kumohon, setubuhi aku. Ohh Tuhan, penis besar Ayah terasa hebat. Keluarlah di dalamku, Ayah. Aku ingin merasakan sperma Ayah menetes ke kakiku saat aku katakan janjiku di depan pendeta.”
“Ohh, sayang. Vaginamu sangat panas dan ketat di penis besar Ayah. Ini adalah vagina terbaik yang pernah kurasakan. Ayah ingin menyetubuhi kedua putriku melebihi apa pun di dunia ini.” aku memompanya dengan penuh cinta, tetapi perasaan ini tumbuh terlalu liar untuk dikendalikan.
“Katakan kamu ingin Ayahmu bagaimana, Sayang.”
“Ohh Tuhan. Aku keluar Ayah. Keluarlah bersamaku.” pinggulnya menusukkan vaginanya lebih ke dalam penisku.
“Setubuhi putrimu lebih keras,” Erna memerintahkan.

Aku memandang dari nafsu kusamku untuk melihat kedua anak gadisku saling melilitkan lidahnya dalam mulut mereka satu sama lain.

“Vaginamu sangat nikmat di penis kerasku, sayang. Ayah akan keluar. Aku mencintaimu sayang.”

Lalu, kedua tubuh kami meledak dalam sebuah orgasme yang tak terkendalikan. Gelombang demi gelombang spermaku kupompa ke dalam putriku, vaginanya memijat keluar tiap-tiap tetesan akhir, kakinya menekan pantatku merapat kepadanya. Kemudian penisku mengecil di dalam vagina Endang, dan aku memberinya sebuah ciuman penuh kasih.

“Aku mencintaimu, Endang. Akan kulakukan apa pun untukmu. Untuk kalian berdua.”
“Itu bagus,” kata Erna saat dia melangkah keluar dari pakaian pengiring pengantinnya, bra hitamnya dan sepatu bertumit tinggi yang dia kenakan, sangat cocok padanya.
“Sebab aku mulai cemburu melihat penis besar Ayah di dalam vagina Kakak.” dia menggantikan posisiku di antara kaki kakaknya ketika aku bergeser ke samping.

Putri-putriku yang nakal mulai saling berciuman dan aku memindahkan meja menjauh agar aku dapat berdiri di belakang Erna. Endang melepaskan bra adiknya yang memberi efek langsung pada penisku yang mengeras, tetapi itu masih belum sepenuhnya siap benar. Tanganku mengelus pinggul Erna ketika aku menggosokkan penisku pada pantat dan sela pahanya. Aku merasa dia akan bangkit, maka kuberi ruang padanya saat aku menyadari bahwa dia sedang turun pada kakaknya.

Mata Endang terpejam, tapi aku bisa melihat kesenangan yang murni pada wajahnya ketika adiknya mencicipi campuran dari orgasme adik dan ayahnya. Erna telah siap untuk disetubuhi. Dia membentangkan kakinya terpisah dan dengan sepatunya yang bertumit tinggi dan kepalanya turun pada kakaknya, pantatnya bergoyang dengan sempurna. Aku harus mencicipinya dulu. Maka aku turun ke atas lantai di antara kakinya, dan mengangkat kepalaku ke atas, mulai menjilati vagina basahnya. Dia membantuku dengan satu jarinya yang menggosok kelentitnya ketika aku menjilat ke dalam bibir vaginanya.

Rintihannya mengirimku ke garis tepi itu. Kami semua tidak mampu membendungnya lagi. Aku bangkit di belakangnya dengan tanganku memegangi pinggulnya, masih mengayun dan kakinya lebih jauh terpentang, lidahnya masih memberi kenikmatan pada kakaknya lebih lagi. Aku menatap pahanya, ditopang oleh tumitnya, dan teringat dia saat berjalan di sepanjang aula itu. Dengan memejamkan mata, aku menarik kami bersama, penis gemukku menekan jauh ke dalam vaginanya yang hangat dan basah.
“Ohh, Erna.” aku mengerang dalam masing-masing ayunanku yang lembut.
“Sayang, kamu sangat seksi.” tanganku meremas pantat dan pinggulnya yang bergerak seiring ayunanku.
“Melihatmu mengoral kakakmu membuat Ayah akan keluar lagi.”
“Ayah, penis besar Ayah terasa sangat nikmat bergerak keluar masuk. Pelanlah agar kita dapat keluar bersama.”

Aku memenuhi harapannya. Bergerak dengan penuh rasa nikmat dalam gerakan lambat saat aku ingin menusuknya yang terakhir kalinya dengan dalam, aku menahan diriku. Bola zakarku mengencang untuk pelepasan, penisku tumbuh lebih gemuk, aku harus melepaskan tali orgasme ini. Pemandangan dari kedua putriku bersama dengan Ayah mereka, perasaan keduanya yang membungkusku, mencintaiku, membuatku berakhir, tak bisa lagi kukendalikan. Perutku mulai mengencang.

“Sayang, Ayah keluar.” aku merasa spermaku bergerak dari dalam tubuhku bersiap untuk meledak dengan tiap tusukannya.
“Keluarlah di dalamku, Ayah. Campurkan dengan milikku.” Aku sudah menunggu terlalu lama. Kontraksi putriku di sekitar batangku meledakkan sperma dari penisku.
“Brengsek,” aku mengumpat dalam hati saat aku tetap memompa anak gadisku, mataku terpejam tak menghiraukan dunia ini.
Sebelum sperma terakhirku habis, aku merasa seseorang memegang lengan tanganku. Itu adalah Endang. Dia berlutut menuju ke pantat adiknya dan menarikku ke luar. Erna berpaling dengan kelelahan yang terlukis pada wajahnya dan tersenyum saat kakaknya berkata..

“Aku ingin mencium suamiku dengan rasa dari dua orang yang paling kucintai di dalam mulutku. Adik dan Ayahku tersayang.”

Lalu aku menutup mataku dan merasakan mulut indah lembutnya, memeras sperma terakhir keluar dari tubuhku.

17tahun Search Tag Cloud
17tahun cerita seru ceritaseru cerita 17 tahun cerita dewasa cerita cerita sex cerita seks cerita cerita seks cerita panas cerita lucah indonesia cerita dewasa cerita sedap cerita perkosaan cerita sex melayu cerita seks melayu cerita porn cerita koleksi seks cerita melayu seks bugil gadis bugil foto bugil dewasa cewek bugil model bugil

Topics: Sedarah |

4 Responses to “Pernikahan Putriku”
dewi Says:
July 20th, 2008 at 4:03 pm

omong kosong, itu baru bisa dipercaya kalau mereka sudah gila, masak anak dan ayah begituan dengan suka sama suka. wagu ah….
joe Says:
July 21st, 2008 at 8:48 am

bener, dewi. mengada-ada dan dipaksakan.
giovani Says:
October 9th, 2008 at 11:44 am

bullshit,
penipu,
bege Says:
December 4th, 2008 at 3:31 pm

na godang hatam aleale.
Comments

Name (required)

Mail (will not be published) (required)

Website






Bookmark
Subscribe in a reader

Add to Onlywire



Posting Terbaru
Terjebak Permainan
Sahabatku Levana
Nikmatnya ABG SMU Lainnya
Profesi dan Kehormatan
Noreen
Gelora Sepupu
Gejolak Nafsu Terpendam
Liarnya Wanita Setengah Baya
Traning Nikmat
Ronnie dan Julia
Petualangan Villa Cinta
Kenikmatan Anak Langganan
Akibat Kunci Ketinggalan
Mbak Iin Kakak Iparku
Nikmatnya Penis Orang Arab
Check Out These Babes !FUCK A LOCAL GIRL
Find a Girl, Email her & Fuck her Tonite
Local Sex Personals
Find Hot Local People Looking for Sex!
FUCK A LOCAL GIRL
Find a Girl, Email her & Fuck her Tonite
Local Sex Personals
Find Hot Local People Looking for Sex!
Local Sex Personals
Find Hot Local People Looking for Sex!
FUCK A LOCAL GIRL
Find a Girl, Email her & Fuck her Tonite
FUCK A LOCAL GIRL
Find a Girl, Email her & Fuck her Tonite

Advertise Here

Kategori
Artikel (48)
Bertiga (84)
Biseks (10)
Cantik (44)
Daun Muda (159)
Eksebisi (21)
English (9)
Fiksi Belaka (11)
Interacial (14)
Masturbasi (19)
Panti Pijat (6)
Paruh Baya (40)
Pasangan (21)
pembantu (32)
Pemerkosaan (73)
Penyiksaan (4)
Pesta Sex (154)
Sedarah (18)
Seks Bebas (45)
Selingkuh (92)
Sesama Pria (28)
Sesama Wanita (52)
Softcore (10)
Tante (45)
Terbaik (71)
Tukar Pasangan (31)
Umum (228)
Uncategorized (7)
Search Term
cerita 17 tahun cerita dewasa cerita cerita sex cerita seks cerita cerita seks cerita panas cerita seru cerita lucah indonesia cerita dewasa cerita sedap cerita perkosaan cerita sex melayu cerita seks melayu cerita porn 17 tahun 17tahun seks cerita koleksi seks cerita melayu seks gambar seks siswi smu bugil bugil gadis bugil model indonesia bugil foto bugil indonesia bugil foto 20 bugil foto agnes bugil artis bugil artis indonesia bugil gambar artis melayu bogel gambar melayu gambar bogel gadis melayu gambar lucah pramugari seks teen seks video cerita melayu seks indonesia cerita dewasa gambar bogel gambar janda bogel gambar lucah dewasa cewek bugil mahasiswi bugil model bugil


Free shoutbox @ ShoutMix

Cool Links
Film Indonesia
Cewek Bugil
Cerita Seru
17tahun
Cerita Seru
Cerita Daun Muda
17tahun Daun Muda
Cerita Lesbian
Cerita Pesta Seks
Cute Teen Blog
Naughty Teen
Spunky Angel Teens
Pretty Girls Nude
Beautiful Nude Babes
Dutch Teen Bog
Digital Angel Blog
Sexy Models Blog
FTVGirls Blog
Only Melanie
Craving Carmen
Trixie Swallows
Jen Madison BLog
Latina Teen
Topless Latina Teen
Big Tits Latina
Latina Hardcore
Latina Teen Bella
Latina Mariah Spice
Spice Twin Latina
Recent Comments
kusmi on Kejutan Tidak Terduga
kusmi on Gelinjang Teman Sekantor
guz Marley on Dikerjain Adikku Di Ruang Sauna
lasro on Dikerjain Adikku Di Ruang Sauna
dodot on Pengalaman Sensasional
dodot on Pengalaman Sensasional
Aldo on Tante Lisa dan Tante Nining
andra on Percobaan Pertamaku
nug on Sahabatku Levana
guz Marley on Adikku dan Temannya yang Brutal
gery on Nikmatnya Bercinta dengan Adik Majikanku
calvin on Gejolak Nafsu Terpendam
gery on Nikmatnya Penis Orang Arab
fery on Mbak Is Guruku
adi on Adikku dan Temannya yang Brutal
Counter



17tahun Cerita Seru is proudly powered by WordPress using the RockinRedhead theme